MENJELAJAH
DUNIA
SEMUT
HARUN YAHYA
DAFTAR ISI
Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan
Bab 1 Kehidupan Sosial
• Sistem
Kasta
• Mungkinkah
Semut Menjadi Penjaga Pintu?
• Semut
Ahli
• Bagaimana
Hidup Berkelompok Mempengaruhi Semut?
• Markas
Ideal
• Organisasi
Diri pada Semut
Bab 2 Komunikasi dalam Masyarakat
• Pertukaran
Berita di antara Kelompok Semut
• Komunikasi
Kimiawi
• Kelenjar
Endokrin
• Kartu
Identitas Semut: Bau Koloni
• Bagaimana
Bau Koloni Diperoleh?
• Apakah
Bau Koloni Mengalami Evolusi?
• Ajakan
Semut
• Fungsi
Sentuhan dalam Komunikasi Kimiawi
• Komunikasi
dengan Bunyi
• Untuk
Mata yang Melihat...
Bab 3 Spesies Semut
• Semut
Pemotong Daun
•Metode
Pertahanan Atta yang Menarik
•Jalan
Raya Atta
•Teknik
Semut Atta Memotong Daun
• Semut
Penenun
• Semut
Pemanen
• Semut
Madu
• Semut
Kayu
•Pelbagai
Metode Reproduksi Semut Kayu
• Semut
Legiun
• Semut
Beludru
• Semut
Api
• Perlindungan dari Kuman
• Semut
Pekerja Keras
• Penguasa
Taktik yang Dapat Menembus Sistem Pertahanan
• Semut
Gurun
Bab 4 Simbiosis
• Hewan
yang Hidup Bersama Semut
• Penyamaran
• Serangga
Penghasil Hidrokarbon dan Semut Api
• Pengunjung
Semut Tentara
• Larva
Lalat yang Cerdas
• Misteri
Kupu-Kupu Biru
• Parasit
yang Diberi Makan di Mulut Semut
• Imigran
yang Cerdik
• Serangga
yang Berpura-pura Mati
• Larva
Lalat yang Mengenali Semut
• Semut
Pemakan Kayu dan Serangga Daun
• Tanaman
yang Hidup Bersama Semut
• Pohon
Akasia dan Semut
• Hotel
Semut
• Tanaman
Penghasil Zat Kimia dan Semut Penghasil Nitrogen
• Semut
yang Memberi Makan Inangnya
• Tumbuhan
Piper dan Semut Coklat
• Piper
yang “Cerdas”
• Tolong-menolong
• Pheidole
Sang Pakar Strategi
• Aphid
Penyerang
Bab 5 Taktik Perang dan Bertahan
• Peperangan
Antarkoloni
• Taktik
Pertahanan
• Semut
Penghasil Asam
• Semut
yang Dapat Berhitung
• Bom
Berjalan
• Semut
Pedagang Budak
• Pakar
Penyamaran
Bab 6 Melestarikan Ras
• Mati
demi Kelangsungan Hidup Rasnya
• Setelah
Perkawinan
• Pendiri
Bank Sperma yang Pertama
• Pengorbanan
Para Pekerja
• Harta
Karun Semut
• Dapatkah
Darwinisme Menjelaskan Pengorbanan Semut?
Bab 7 Makan
dan Berburu
• Semut
yang Saling Memberi Makan
• Membawa
Makanan dengan Teknik yang Rasional
• Semut
dan Jejak Bau
• Semut
yang Bertindak sebagai Kompas
• Teknik
Berburu yang Sempurna
Kesimpulan
KEPADA PEMBACA
Buku ini berisi fakta-fakta yang
meruntuhkan teori evolusi. Semua ini untuk menangkal kekeliruan pandang akibat
teori ini, yang telah begitu lama menjadi landasan bagi semua filsafat
anti-Tuhan. Darwinisme menolak fakta penciptaan, dan lebih jauh lagi,
penciptaan Allah, dan selama 140 tahun terakhir filsafat ini telah membuat
banyak orang meninggalkan kepercayaannya atau jatuh ke dalam keraguan. Oleh
karena itu, sangat penting kiranya menunjukkan bahwa teori ini merupakan suatu
kekeliruan dan penipuan, dan menyebarkannya kepada semua orang.
Seperti dalam buku-buku lain karangan
penulis, penjelasan yang disampaikan dilengkapi dengan ayat-ayat Al Quran dan
para pembaca diajak untuk mempelajari dan hidup dengan ayat-ayat tersebut.
Semua subjek yang berhubungan dengan ayat-ayat Allah dijelaskan tanpa
meninggalkan ruang apa pun bagi keraguan atau pertanyaan dalam pikiran pembaca.
Penuturan yang tulus, terus-terang
dan lancar akan memungkinkan setiap pembaca dari berbagai usia dan kelompok
sosial memahami buku-buku ini dengan cepat dan mudah. Bahkan mereka yang keras
menentang ketuhanan akan tersentuh dengan fakta-fakta yang diungkapkan dalam buku-buku
ini dan tidak dapat membantah kebenaran isinya.
Buku ini dan semua karya-karya lain
dari penulis dapat dibaca secara perorangan atau dikaji bersama dalam suatu
diskusi. Membaca buku-buku ini dalam kelompok pembaca akan sangat bermanfaat,
karena para pembaca dapat mengutarakan perenungan dan pengalaman mereka kepada
yang lainnya.
Akhirnya, buku-buku yang ditulis
semata untuk mencari keridhaan Allah ini dapat menjadi sarana yang amat efektif
untuk memahami maupun menyampaikan Islam kepada orang lain.
TENTANG PENGARANG
Pengarang, yang menulis dengan nama
pena HARUN YAHYA, lahir di Ankara pada tahun 1956. Setelah menyelesaikan
sekolah dasar dan menengahnya di Ankara, ia kemudian mempelajari seni di
Universitas Mimar Sinan, Istambul dan filsafat di Universitas Istam-bul.
Semenjak 1980-an, pengarang telah menerbitkan banyak buku bertema politik,
keimanan, dan ilmiah. Harun Yahya terkenal sebagai penulis yang menulis
karya-karya penting yang menyingkap kekeliruan para evolusionis,
ketidak-sahihan klaim-klaim mereka dan hubungan gelap antara Darwinisme dengan
ideologi berdarah seperti fasisme dan komunisme.
Nama penanya berasal dari dua nama
Nabi: “Harun” dan “Yahya” untuk memuliakan dua orang nabi yang berjuang melawan
kekufuran. Stempel Nabi pada cover buku-buku penulis bermakna simbolis yang
berhubungan dengan isi bukunya. Stempel ini mewakili Al Quran, kitabullah terakhir,
dan Nabi kita, penutup segala nabi. Di bawah tuntunan Al Quran dan Sunah,
pengarang menegaskan tujuan utamanya untuk menggugurkan setiap ajaran
fundamental dari idelogi ateis dan memberikan “kata akhir”, sehingga membisukan
sepenuhnya keberatan yang diajukan melawan agama.
Semua karya pengarang ini berpusat
pada satu tujuan: menyampaikan pesan-pesan Al Quran kepada masyarakat, dan
dengan demikian mendorong mereka untuk memikirkan isu-isu yang berhubungan
dengan keimanan, seperti keberadaan Tuhan, keesaan-Nya, dan hari akhirat, dan
untuk menunjukkan dasar-dasar lemah dan karya-karya sesat dari sistem-sistem
tak bertuhan.
Karya-karya Harun Yahya dibaca di
banyak negara, dari India hingga Amerika, dari Inggris hingga Indonesia.
Buku-bukunya tersedia dalam bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Spanyol,
Portugis, Urdu, Arab, Albania, Rusia, Serbia-Kroasia (Bosnia), Polandia,
Melayu, Turki Uygur, dan Indonesia, dan dinikmati oleh pembaca di seluruh
dunia.
PENGANTAR
Buku ini akan membahas suatu makhluk
yang sudah cukup kita kenal, yang kita temui di mana-mana namun tidak pernah
benar-benar kita perhatikan, makhluk yang sangat terampil, sangat sosial, dan
sangat cerdas: “semut”. Tujuannya adalah meninjau kehi-dupan penuh mukjizat
makhluk mungil ini, yang tak pernah dianggap penting dalam kehidupan kita
sehari-hari.
Teknologi, kerja gotong-royong,
strategi militer, jaringan komunikasi yang maju, hierarki yang rasional dan
cerdik, disiplin, perencanaan kota yang sempurna… dalam bidang-bidang ini, yang
manusia mungkin jarang cukup berhasil, semut selalu sukses. Makhluk ini, dengan
per-lengkapan komplit untuk mengalahkan pesaing tangguh dan bertahan dalam
kondisi alam yang sulit, dalam penglihatan kita mungkin semua serupa. Padahal,
sebenarnya setiap spesies dari genus semut — yang jumlahnya ribuan — memiliki
ciri-ciri yang berlainan. Kami yakin bahwa makhluk yang memiliki populasi
tertinggi di dunia ini dapat membuka cakrawala baru bagi kita, dalam cakupan
ciri-ciri tersebut. Buku ini akan menyingkap dunia semut yang istimewa dan
mempesona. Kita akan menyaksikan hal-hal yang berhasil dilakukan masyarakat
semut ini dengan tubuhnya yang kecil. Akan kita saksikan pula bahwa tak ada
perbedaan sama sekali antara fosil mereka — yang tertua berusia sekitar 80 juta
tahun — dan semut yang hidup sekarang, yang kira-kira berjumlah 8.800 spesies.
Saat menjelajahi dunia semut yang
istimewa ini, kita akan dibuat terkagum-kagum oleh sistem yang sempurna ini dan
semakin merasa perlu untuk berpikir dan menyelidiki. Saat itu pula, kita akan
melihat kekeliruan teori evolusi sekaligus menyaksikan penciptaan Allah yang
sempurna, sebuah karya yang maha penting. Dalam Al Quran, mereka yang berpikir
tentang alam sehingga mengenali kemahakuasaan Allah, dipuji sebagai teladan
bagi orang beriman. Ayat-ayat berikut men-jelaskan hal ini secara lengkap:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi dan silih ber-gantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau. Maka, peliharalah kami dari siksa
neraka.” (QS. Ali 'Imran, 3: 190-191) !
Kami harap buku ini membuat
pembacanya berpikir lebih dalam dan Mengagumi kekuasaan tinggi Allah dan seni
tiada tara dari ciptaan-Nya, Dia Yang telah menciptakan segala sesuatu.
PENDAHULUAN
Semut adalah makhluk hidup dengan
populasi terpadat di dunia. Perbandingannya, untuk setiap 700 juta semut yang
muncul ke dunia ini, hanya terdapat 40 kelahiran manusia. Tentu masih banyak
informasi lain yang menakjubkan bisa dipelajari tentang makhluk ini.
Semut merupakan salah satu kelompok
yang paling “sosial” dalam genus serangga dan hidup sebagai masyarakat yang
disebut “koloni”, yang “terorganisasi” luar biasa baik. Tatanan organisasi
mereka begitu maju sehingga dapat dikatakan dalam segi ini mereka memiliki per-adaban
yang mirip dengan peradaban manusia.
Semut merawat bayi-bayi mereka,
melindungi koloni, dan bertempur di samping juga memproduksi dan menyimpan
makanan. Bahkan ada koloni yang melakukan pekerjaan yang bersangkutan dengan
“pertanian” atau “peternakan”. Dengan jaringan komunikasi yang sangat kuat,
hewan ini begitu unggul sehingga tak dapat dibandingkan dengan organisme mana
pun dalam segi spesialisasi dan organisasi sosial.
Di masa kini, para peneliti yang
cerdas dan berpendidikan tinggi bekerja siang-malam dalam pelbagai lembaga
pemikiran untuk merumuskan organisasi sosial yang sukses dan menemukan solusi
yang langgeng untuk berbagai masalah ekonomi dan sosial. Para ideolog juga
telah menghasilkan berbagai model sosial selama berabad-abad. Namun secara
umum, belum terlihat tatanan sosial sosioekonomis yang berhasil dicapai melalui
segala upaya intensif ini. Karena sejak dulu konsep tatanan masyarakat manusia
didasarkan pada persaingan dan kepentingan individu, tatanan sosial yang
sempurna tidak mungkin tercapai. Sementara, semut-semut telah menjalani sistem
sosial yang ideal bagi mereka selama jutaan tahun hingga hari ini.
Lalu, bagaimana makhluk kecil ini
membentuk tatanan seperti itu? Jawaban untuk pertanyaan ini jelas harus dicari.
Para evolusionis mencoba menjawab
pertanyaan ini dengan klaim bahwa semut telah berevolusi 80 juta tahun yang
lalu dari “Tiphiidae”, sebuah genus purba rayap, dan mulai bersosialisasi 40
juta tahun yang lalu secara seketika, “atas keinginan sendiri”dan membentuk
tingkat tertinggi dalam evolusi serangga. Namun, para evolusionis ini tidak
men-jelaskan sama sekali apa pe-nyebab perkembangan sosiali-sasi ini dan
bagaimana proses-nya. Perlu dicatat, mekanisme dasar evolusi mengharuskan
makhluk hidup saling berta-rung hingga titik terakhir untuk kelangsungan hidup
masing-masing, oleh karena itu setiap genus serta setiap individu di dalamnya
hanya bisa memikir-kan dirinya sendiri dan anaknya (mengapa dan bagaimana ia
mulai memikirkan anaknya juga merupakan jalan buntu bagi Evolusi, tetapi hal
ini kita abaikan dulu). Tentu saja, bagaimana “hukum evolusi” ini dapat
membentuk sistem sosial yang berpusat pada pengorban-an, tidak terjawab.
Pertanyaan yang harus dijawab tidak
hanya itu. Mung-kinkah makhluk ini, yang berat sel saraf dari sejuta ekornya
ha-nya 20 gram, telah mengambil keputusan untuk bersosialisasi dalam kelompok
“secara begitu saja”? Atau, mungkinkah mereka berkumpul dan menetapkan
peraturan untuk sosialisasi ini setelah mengambil keputusan? Andaipun kita
anggap ini mungkin, mungkinkah bagi mereka semua untuk mematuhi sistem baru ini
tanpa kecuali? Apakah mereka lalu membentuk tatanan sosial yang maju dengan
mendirikan koloni dengan anggota berjuta-juta ekor semut, setelah mengatasi
semua kemustahilan ini?
Lalu bagaimana “sistem kasta” muncul
dari pergumulan ini? Pertama, pertanyaan ini harus dijawab: Bagaimanakah
berkembangnya perbedaan antara ratu dan pekerja? Tentang hal ini para
evolusionis berpendapat bahwa sekelompok pekerja meninggalkan pekerjaannya dan
mengembangkan fisiologi yang berbeda dengan semut pekerja lain, dengan cara
mengalami variasi genetis dalam waktu yang lama. Namun, kita lalu dihadapkan
pada pertanyaan bagaimana para “calon ratu” tersebut mendapat makanan selama
masa transformasi ini. Semut ratu tidak pernah mencari makanan. Mereka
dibawakan makanan oleh pekerja. Sebagian pekerja mungkin menganggap dirinya
sebagai “ratu”, tapi bagaimana dan mengapa para pekerja lain menerima hierarki
ini? Selanjutnya, mengapa mereka mau memberi makan ratu ini? “Perjuangan hidup”
yang mereka jalani, menurut “evolusi”, mengharuskan mereka memikirkan diri
sendiri saja.
Semua serangga melewatkan sebagian
besar waktunya mencari makan. Mereka mencari makanan dan makan, lalu mereka
lapar lagi, dan kembali pergi mencari makan. Mereka juga lari dari bahaya. Jika
kita menerima evolusi, kita juga harus menerima bahwa dulu semut juga hidup
“secara individual”, tetapi pada suatu hari, jutaan tahun yang lalu, mereka
memutuskan untuk tersosialisasi. Maka muncul pertanyaan, bagaimana mereka
“memutuskan” untuk “membentuk” tatanan sosial ini tanpa komunikasi yang sama di
antara mereka, karena menurut evolusi, komu-nikasi adalah konsekuensi dari
sosialisasi. Selanjutnya, persoalan bagai-mana mereka mengembangkan mutasi
genetik yang diperlukan untuk sosialisasi ini tidak memiliki penjelasan ilmiah
apa pun.
Semua argumen ini membawa kita pada
satu titik: Klaim bahwa semut mulai “bersosialisasi” pada suatu hari jutaan
tahun yang lalu melanggar semua aturan dasar logika. Satu-satunya penjelasan yang
mungkin adalah: tatanan sosial, yang akan kita lihat perinciannya dalam bab-bab
berikut, diciptakan bersamaan dengan semut itu sendiri; dan sistem ini tidak
berubah sejak koloni semut yang pertama di bumi, hingga hari ini.
Saat menyebutkan lebah yang tatanan
sosialnya mirip dengan semut, Allah menyatakan dalam Al Quran bahwa tatanan
sosial ini telah “diwahyukan” kepada mereka:
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah:
“Buatlah sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang
dibikin manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu
keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat
yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS.
An-Nahl, 16: 68-69) !
Ayat ini menyampaikan pesan bahwa
segala sesuatu yang dilakukan lebah madu diatur oleh “wahyu” yang diberikan
Allah kepada mereka. Sesuai dengan itu, semua “rumah” atau sarang — dan,
karenanya, seluruh tatanan sosial dalam sarang ini — dan semua pekerjaan yang
mereka lakukan untuk membuat madu, dimungkinkan oleh ilham yang diberikan Allah
kepada mereka.
Pada semut, kita melihat hal yang
serupa. Allah pun telah meng-ilhami mereka dengan tatanan sosial dan mereka
menurutinya secara mutlak. Karena itulah setiap kelompok semut melaksanakan
tugasnya secara sempurna dan dengan kepasrahan mutlak dan tidak menuntut lebih.
Dan inilah hukum alam. Di alam tidak
ada “pertarungan untuk kelangsungan hidup” yang acak dan kebetulan, seperti
yang diklaim evolusi, di masa dulu pun tidak. Sebaliknya, semua makhluk hidup
memakan “makanan” yang ditentukan untuk mereka dan melakukan tugas yang ditugaskan
Allah kepada mereka. Karena “tidak ada suatu binatang melata pun melainkan
Dialah yang memegang ubun-ubunnya” (QS. Hud, 11: 56) dan “sesungguhnya
Allah Dialah Maha Pemberi rezeki” (QS. Adz-Dzariyat, 51: 58).
Picture Text
Fosil semut yang berusia 80 juta
tahun. Fosil ini jelas menunjukkan bahwa semut tidak berubah sama sekali selama
80 juta tahun.
Sesungguhnya pada langit dan bumi
benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah untuk orang beriman. Dan pada
penciptaan kamu dan pada hewan melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini. (Surat Al-Jatsiyah:
3-4)
BAB 1
KEHIDUPAN SOSIAL
Telah disebutkan bahwa semut hidup
berkoloni dan di antara mereka terdapat pembagian kerja yang sempurna. Jika
diteliti, kita dapati sistem mereka memiliki struktur sosial yang cukup
menarik. Mereka pun mampu berkorban pada tingkat yang lebih tinggi daripada
manusia. Salah satu hal paling menarik dibandingkan manusia, mereka tidak
mengenal konsep semacam diskriminasi kaya-miskin atau perebutan kekuasaan.
Banyak ilmuwan yang bertahun-tahun
melakukan penelitian men-dalam tak mampu menjelaskan perilaku sosial semut yang
begitu maju. Caryle P. Haskins, Ph.D., kepala Institut Carnegie di Washington
menya-takan:
Setelah 60 tahun mengamati dan
mengkaji, saya masih takjub melihat betapa canggihnya perilaku sosial semut. …
Semut merupakan model yang indah untuk kita gunakan dalam mempelajari akar
perilaku hewan.1
Sebagian koloni semut begitu padat
populasinya dan begitu luas daerah hidupnya, sehingga tak mungkin bisa
dijelaskan bagaimana mereka dapat membentuk tatanan yang sempurna. Jadi,
pernyataan Dr. Haskins sulit dibantah.
Sebagai contoh koloni yang besar ini,
misalnya spesies semut Formica yesensis, yang hidup di pantai Ishikari, Afrika.
Koloni semut ini tinggal di 45.000 sarang yang saling berhubungan di wilayah
seluas 2,7 kilometer persegi. Koloni yang memiliki sekitar 1.080.000 ratu dan
306.000.000 pekerja ini dinamai “koloni super” oleh para peneliti. Ditemukan
bahwa semua alat produksi dan makanan dipertukarkan dalam koloni secara
tertib2. Sungguh sulit menjelaskan bagaimana semut-semut ini mem-pertahankan
ketertiban tanpa masalah, mengingat luasnya tempat tinggal mereka. Harus
diingat, untuk menegakkan hukum dan menjaga keter-tiban sosial, bahkan di
negara beradab dengan sedikit penduduk pun, diperlukan berbagai kekuatan
keamanan. Diperlukan pula staf admi-nistrasi yang memimpin dan mengelola
unit-unit ini. Kadang-kadang ketertiban pun tidak dapat dijaga tanpa timbul
masalah, meski telah diupayakan sekuat tenaga.
Namun, koloni semut tidak memerlukan
polisi, satpam, atau hansip. Dan mengingat tugas sang ratu — yang kita anggap
sebagai pemimpin koloni — hanya melestarikan spesies, semut-semut ini
sebenarnya tidak punya pe-mimpin atau penguasa. Jadi, di antara mereka tidak
ada hierarki berdasarkan rantai komando. Lalu siapa yang menentukan ketertiban
ini dan menjaga keberlanjutan-nya?
Dalam bab-bab berikut kita akan
temukan jawaban per-tanyaan-pertanyaan ini dan pertanyaan lain yang serupa.
Sistem Kasta
Setiap koloni semut, tanpa kecuali,
tunduk pada sistem kasta secara ketat. Sistem kasta ini terdiri atas tiga
bagian besar dalam koloni.
Anggota kasta pertama adalah ratu dan
semut-semut jantan, yang memungkinkan koloni berkembang biak. Dalam satu koloni
bisa terdapat lebih dari satu ratu. Ratu mengemban tugas reproduksi untuk
mening-katkan jumlah individu yang membentuk koloni. Tubuhnya lebih besar
daripada tubuh semut lain. Sedang tugas semut jantan hanyalah membuahi sang
ratu. Malah, hampir semua semut jantan ini mati setelah kawin.
Anggota kasta kedua adalah prajurit.
Mereka mengemban tugas seperti membangun koloni, menemukan lingkungan baru
untuk hidup, dan berburu.
Kasta ketiga terdiri atas semut
pekerja. Semua pekerja ini adalah semut betina yang steril. Mereka merawat
semut induk dan bayi-bayinya; membersihkan dan memberi makan. Selain semua ini,
pekerjaan lain dalam koloni juga merupakan tanggung jawab kasta pekerja. Mereka
membangun koridor dan serambi baru untuk sarang mereka; mereka mencari makanan
dan terus-menerus membersihkan sarang.
Di antara semut pekerja dan prajurit
juga ada sub-kelompok. Sub-kelompok ini disebut budak, pencuri, pengasuh,
pembangun, dan pengum-pul. Setiap kelompok memiliki tugas sendiri-sendiri.
Sementara satu kelom-pok berfokus sepenuhnya melawan musuh atau berburu,
kelompok lain membangun sarang, dan yang lain lagi memelihara sarang.
Setiap individu dalam koloni semut
melakukan bagian pekerjaan-nya sepenuhnya. Tak ada yang mencemaskan posisi atau
jenis tugasnya. Ia hanya melakukan apa yang diwajibkan. Yang penting adalah
keber-lanjutan koloninya.
Kalau kita pikirkan bagaimana sistem
ini berkembang, kita tidak dapat mengingkari fakta adanya penciptaan.
Mari kami jelaskan alasannya: Jika
ada tatanan yang sempurna, secara logis kita berkesimpulan bahwa tatanan ini
tentu dibentuk oleh otak yang merencanakan. Misalnya, tatanan disiplin dalam
militer; jelas bahwa para perwira yang mengendalikan tentara telah menetapkan
tatanan ini. Sungguh absurd kalau kita berasumsi semua individu dalam pasukan
berkumpul dengan sendirinya dan mengorganisasi diri sendiri, lalu berkelompok
menurut pangkat dan mulai bertindak sesuai pangkatnya. Lebih jauh lagi, perwira
yang telah menetapkan tatanan ini harus terus melakukan inspeksi agar tatanan
ini dapat bertahan tanpa masalah. Kalau tidak, pasukan yang diserahkan kepada
prajurit saja akan berubah menjadi kumpulan yang kacau, sedisiplin apa pun pada
mulanya.
Semut juga memiliki disiplin yang
sangat mirip dengan disiplin militer. Namun, aspek yang penting adalah tidak
ada “perwira”, atau administrator yang mengorganisasi, di mana pun juga.
Berbagai sistem kasta dalam koloni semut menjalankan tugas mereka secara
sempurna, meskipun tanpa “kekuatan pusat” yang terlihat mengawasi mereka.
Lalu, penjelasan satu-satunya adalah
bahwa kehendak pusat ini merupakan kehendak yang “tak tampak”. Ilham yang
disebut dalam Al Quran dalam pernyataan “Dan Tuhan-mu mewahyukan kepada
lebah” (Surat An-Nahl: 68) adalah kekuatan yang tak tampak ini.
Kehendak ini telah menyempur-nakan
perencanaan yang begitu dahsyat — yang menakjubkan manusia saat mencoba
mengana-lisisnya. Ketakjuban dan kekaguman seperti ini juga telah diungkapkan
oleh para peneliti dari waktu ke waktu dalam berbagai bentuk. Kaum
evolu-sionis, yang mengklaim bahwa sistem yang sempurna ini telah berkembang
akibat kebetulan, tidak mampu menjelaskan perilaku pengorbanan yang merupakan
pusat sistem ini. Sebuah artikel mengenai topik ini dalam Jurnal Bilim ve
Teknik sekali lagi menunjukkan ketidakmampuan tersebut:
Masalahnya, mengapa makhluk hidup
suka tolong-menolong? Menurut Teori Darwin, setiap makhluk hidup berjuang untuk
kelangsungan hidup dan perkembangbiakannya sendiri. Karena membantu makhluk
lain akan secara relatif mengurangi peluang kelangsungan hidupnya tersebut,
perilaku ini mestinya dilenyapkan oleh evolusi pada jangka panjang. Namun,
telah terbukti bahwa makhluk hidup rela untuk berkorban.
Cara klasik untuk menjelaskan fakta
pengorbanan ini adalah bahwa koloni yang terbentuk dari individu-individu yang
mau berkorban demi kepentingan kelompok atau genus akan lebih sukses dalam
evolusi daripada koloni yang terbentuk dari individu-individu yang egois.
Namun, teori ini tidak menjelaskan bagaimana masyarakat yang mau berkorban ini
dapat mempertahankan ciri tersebut. Suatu individu egois yang mungkin muncul
dalam masyarakat itu mestinya akan meneruskan ciri egoisnya kepada generasi
berikut, karena dia tak akan mengorbankan dirinya. Hal samar lainnya adalah
bahwa jika evolusi terjadi pada tingkat masyarakat, sebesar apa semestinya
masyarakat itu? Apakah masyarakat itu berupa keluarga, kelompok, genus, atau
kelas? Bahkan jika evolusi terjadi bersamaan pada lebih dari satu tingkat, apa
yang akan terjadi jika kepentingan antartingkat ini bertentangan? 3
Seperti yang kita lihat, mustahil
menjelaskan rasa pengorbanan pada makhluk hidup dan sistem sosial yang
berdasarkan padanya dengan teori evolusi, yakni dengan berasumsi bahwa makhluk
hidup telah muncul akibat kebetulan.
Mungkinkah Semut Menjadi Penjaga
Pintu?
Saat menganalisis detail sistem dalam
koloni semut, kita merasakan kekuatan kehendak tak tampak itu — yang menetapkan
dan mengatur sistem ini — secara lebih konkret. Marilah kita lihat
detail-detail ini.
Sarang semut dihubungkan dengan dunia
luar melalui lubang kecil yang hanya seukuran seekor semut. Melewati lubang ini
perlu “izin” dan dalam koloni ada sejumlah kecil semut yang “bertugas sebagai
penjaga pintu”.
“Penjaga pintu” bertugas menjadi
sumbat-hidup dengan bentuk kepalanya yang pas dengan lubang masuk. Lebih
lanjut, warna dan desain kepalanya sama dengan warna kulit pohon di lingkungan
sekitar. Penjaga pintu duduk berjam-jam di lubang masuk dan hanya mem-perbolehkan
masuk semut-semut koloninya sendiri.4
Ini berarti gagasan memiliki penjaga
pintu untuk menjaga bangunan telah dipraktikkan oleh semut penjaga pintu,
sebelum manusia. Semut ini menutupi lubang masuk dengan bagian tubuhnya yang
terkuat, menya-markan dirinya, dan melarang masuk semut yang tidak mengucapkan
“kata kunci” yang benar.
Kenyataan bahwa semut penjaga
memiliki kepala yang pas dengan lubang, dengan warna dan pola yang sesuai
dengan lingkungan, dan ia menolak masuk siapa pun yang tidak ia kenal, jelas tidak
mungkin dilakukannya atas kemauan sendiri. Jelas ada “tokoh intelektual“ yang
mendesain tubuh semut dalam bentuk ini dan mengilhamkan tugas yang dilakukan
semut tersebut. Mengatakan bahwa semut dapat memikirkan sendiri tugas ini dan
bekerja sebagai penjaga pintu tanpa kehilangan kesabaran dan tanpa menyerah,
jelas bukan penjelasan yang masuk akal.
Mari kita pikirkan: Mengapa seekor
semut mau menjadi penjaga pintu? Jika boleh memilih, untuk apa ia mengambil
tugas yang paling merepotkan dan memerlukan pengorbanan terbesar itu? Jika
boleh memilih, tentu ia akan mengambil pekerjaan yang akan memberinya
lingkungan ternyaman dan pelayanan terbaik. Sebenarnya, pilihan ini terjadi
dengan ketetapan Allah. Dan semut penjaga pintu melak-sanakan tugasnya dengan penuh
ketaatan. Hanya sang pencip-ta semut yang mungkin telah mendesain kehidupan
koloni yang demikian sempurna, untuk menunjukkan sisi seni-Nya yang menakjubkan
dan telah memberi tugas-tugas khusus kepada koloni semut yang hidup dengan
sistem ini.
Menurut teori evolusi, semut mestinya
berkembang dalam setiap segi dan me-reka mestinya mencoba memasuki kasta yang
memberi mereka hidup yang lebih nyaman. Akan tetapi, semut penjaga pintu tidak
berupaya ke arah ini, sebaliknya melaksanakan tugas yang diilhamkan itu tanpa
salah sepanjang seluruh hidup mereka.
Semut Ahli
Organisasi, spesialisasi dalam
bidang-bidang tertentu, dan komuni-kasi dalam dunia semut hampir sama
canggihnya dengan yang dimiliki manusia. Sedemikian canggihnya sistem itu,
sehingga manusia kini memola sistem mereka menuruti sistem harmonis tersebut.
Hal ini diuraikan dalam kutipan berikut:
Ahli komputer masa kini mencoba
mereproduksi bentuk-bentuk perilaku kolektif semut pada robot di laboratorium.
Alih-alih berfokus pada program yang sangat maju, mereka malah berkonsentrasi
pada robot-robot yang bekerja sama berdasarkan unsur-unsur informasi
“sederhana”. Prinsip dasarnya sama. Alih-alih membuat sebuah robot yang sangat
canggih, mereka malah mengembangkan sekelompok robot yang tidak begitu “cerdas”,
tetapi menjalankan tugas yang sangat “rumit” seperti yang dilakukan semut dalam
koloninya.… Robot-robot ini tidak canggih dalam hal “kecerdasan” jika dinilai
satu per satu, tetapi mereka akan mencapai pembagian kerja melalui motivasi
tindakan kolektif. Ini mungkin karena mereka memiliki kemampuan untuk bertukar
informasi sederhana. Hidup dan kerja sama dalam koloni semut juga telah
mempengaruhi NASA…. Organisasi ini berencana mengirimkan banyak “robot semut”
untuk penelitian di planet Mars alih-alih satu robot canggih. Jadi, sekalipun
sebagian robot ini rusak, anggota regu yang tersisa akan mampu merampungkan
tugas mereka.5
Sekarang mari kita lihat contoh yang
menarik dari dunia “semut ahli”.
Bagaimana Hidup Berkelompok
Mempengaruhi Semut?
Contoh kerja sama antara semut yang
paling jelas adalah dalam perilaku spesies semut pekerja yang disebut Lasius
emarginatus. Individu-individu spesies ini memiliki afiliasi yang menarik.
Kegiatan kelompok empat semut pekerja yang bekerja dengan tanah ini terus
berlanjut saat mereka terpisah dari kelompok yang besar. Namun, jika ada benda,
seperti gelas atau batu, di antara mereka yang mencegah mereka saling melihat,
kecepatan kerja mereka melambat.
Contoh lain adalah ketika semut api
terpisah dari kelompoknya oleh rintangan tipis, mereka mencoba mencapai anggota
lain koloninya dengan menusuk penghalang ini.
Terjadi banyak variasi pada perilaku
semut ketika jumlah individu dalam kelompok berubah. Ketika jumlah semut dalam
sarang meningkat, teramati bahwa kegiatan setiap individu secara proporsional
juga meningkat. Begitu semut pekerja berkelompok, mereka berkumpul, menjadi
tenang, dan menghabiskan lebih sedikit energi. Telah ditemukan bahwa dalam
sebagian spesies semut, begitu populasi meningkat, jumlah oksigen yang digunakan
menurun.
Semua contoh ini menunjukkan bahwa
semut tak dapat bertahan hidup sendirian. Makhluk kecil ini telah diciptakan
dengan ciri-ciri yang memungkinkan mereka hidup hanya dalam kelompok atau
malahan hanya dalam koloni. Dan ini membuktikan betapa klaim-klaim evolusio-nis
mengenai proses bersosialisasi semut bertentangan dengan realitas. Sungguh
mustahil semut-semut tersebut hidup sendirian ketika pertama kali diciptakan,
lalu bersosialisasi dan membentuk koloni. Seekor semut yang menghadapi lingkungan
seperti itu mustahil bisa bertahan hidup. Ia harus berkembang biak, membangun
sarang untuk dirinya dan larvanya, mencari makan untuk diri dan keluarganya,
menjadi penjaga pintu, menjadi prajurit, dan juga pekerja yang merawat
larvanya…. Kita tak bisa mengklaim bahwa di zaman dulu semua pekerjaan yang
memerlukan pembagian tugas yang ekstensif ini dapat dilaksanakan oleh seekor
semut saja atau bahkan oleh beberapa ekor semut. Selanjutnya, mustahil
dibayangkan bahwa mereka berupaya menuju sosialisasi sembari melaksanakan
berbagai tugas sehari-hari ini.
Kesimpulan
dari semua ini: Semut adalah makhluk yang hidup dalam sistem sosial dan
berkelompok sejak hari mereka pertama diciptakan. Semua ini juga membuktikan
bahwa semut muncul pada satu saat dengan segala ciri-ciri lengkapnya. Dengan
kata lain, mereka telah “diciptakan”.
Markas Ideal
Mari kita luaskan sedikit contoh
pasukan yang disampaikan sebelum-nya. Bayangkan Anda tiba di markas tentara
yang luar biasa besar, tetapi sangat teratur. Tampaknya Anda tidak dapat masuk
karena petugas ke-amanan di gerbang tidak mengizinkan masuk orang yang tidak
dikenal. Bangunan tersebut dilindungi oleh sistem keamanan yang diawasi ketat.
Sekarang, misalkan saja Anda berhasil
masuk. Di dalam, berbagai kegiatan sistematis dan dinamis akan memesona Anda,
karena ribuan prajurit sedang melaksanakan tugas mereka dengan teramat tertib.
Saat Anda meyelidiki rahasia keteraturan ini, tampak bahwa bangunan itu telah
dirancang dalam bentuk yang sepenuhnya cocok bagi penghuninya untuk bekerja.
Ada departemen khusus untuk setiap tugas dan semuanya dirancang supaya prajurit
dapat bekerja semudah mungkin. Misalnya, bangunan ini memiliki lantai-lantai di
bawah tanah, tetapi lokasi de-partemen yang memerlukan energi matahari
memperoleh sinar matahari dengan sudut sebesar mungkin. Departemen-departemen
yang harus senantiasa saling berhubungan dibangun sangat berdekatan sehingga
memudahkan akses. Gudang-gudang penyimpan kelebihan bahan juga dirancang
sebagai departemen terpisah di satu sisi bangunan. Lokasi gudang-gudang
penyimpanan itu nyaman serta mudah diakses. Dan tepat di tengah bangunan
terdapat ruang luas di mana semua orang dapat berkumpul.
Keunikan markas tersebut bukan hanya
itu. Meski luas, bangunan ini dipanaskan secara seragam. Suhu tetap konstan
sepanjang hari berkat sistem pemanas sentral yang sangat canggih. Penyebab
lainnya adalah sekat luar yang sangat efektif melawan segala kondisi cuaca.
Jika ditanya bagaimana dan oleh siapa
markas semacam ini di-rancang, semua orang akan menjawab bahwa markas ini
dirancang dengan teknologi tinggi oleh kerja tim profesional. Bangunan markas
seperti ini hanya bisa dibangun oleh mereka yang memiliki tingkat pendidikan,
budaya, kecerdasan, dan logika tertentu.
Namun, bangunan markas ini sebenarnya
adalah sebuah sarang semut. (lihat halaman sebelah)
Menghimpun informasi yang diperlukan
untuk membangun markas semacam ini memakan sebagian besar usia manusia. Namun,
seekor semut yang baru menetas dari telur sudah tahu tugasnya saat itu juga dan
mulai bekerja tanpa membuang waktu. Ini menunjukkan bahwa semut memiliki
informasi tersebut sebelum ia lahir. Semua informasi tersebut diilhamkan dalam
diri semut pada saat penciptaannya oleh Allah Yang Mahakuasa yang menciptakan
mereka.
Organisasi Diri pada Semut
Dalam dunia semut tidak ada pemimpin,
perencanaan, atau pem-rograman. Dan yang terpenting adalah bahwa tidak ada
rantai komando, seperti sudah disebutkan terdahulu. Tugas-tugas terumit dalam
masya-rakat ini terlaksana tanpa tertunda karena adanya organisasi diri yang
sangat canggih. Misalkan contoh berikut ini:
Bila koloni mengalami paceklik, semut
pekerja segera berubah men-jadi semut “pemberi makan” dan mulai memberi makan
sesamanya de-ngan partikel makanan dalam perut cadangannya. Bila koloni
kelebihan makanan, mereka melepaskan identitas ini dan kembali menjadi semut
pekerja.
Pengorbanan yang ditunjukkan ini
benar-benar pengorbanan ting-kat tinggi. Sementara manusia belum berhasil
memerangi kelaparan di dunia, semut telah menemukan penyelesaian praktis untuk
masalah ini: berbagi segalanya, termasuk makanan. Ya, inilah contoh pengorbanan
nyata. Memberi segala miliknya termasuk makanan, tanpa ragu, agar semut lain
tetap hidup, hanyalah salah satu contoh pengorbanan di alam yang tak mampu
dijelaskan teori evolusi.
Bagi semut tidak ada masalah
kepadatan penduduk. Sementara kota-kota besar milik manusia saat ini menjadi
sulit ditinggali akibat migrasi, ketiadaan infrastruktur, salah alokasi sumber
daya dan pe-ngangguran, semut dapat mengelola kota bawah tanah mereka, yang
berpopulasi 50 juta ekor, dengan keteraturan luar biasa tanpa merasa kurang
sesuatu apa. Setiap semut mampu cepat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
dalam lingkungannya. Agar hal seperti ini bisa terjadi, semut tentu telah
diprogram secara fisik dan psikologis.
Agar sistem yang sangat terorganisasi
ini muncul, mesti ada “ke-hendak utama” yang mengilhami mereka mengerjakan
tugas dan memerintah mereka . Kalau tidak, pasti terjadi kekacauan besar, bukan
ketertiban. Dan kehendak utama ini adalah milik Allah, yang memiliki segala
sesuatu, yang Mahakuasa, yang mengarahkan semua makhluk hidup dan memerintah
mereka melalui ilham.
Kenyataan bahwa semut terus-menerus
berjuang tanpa memikirkan keuntungan, adalah bukti bahwa mereka bertindak atas
ilham sesosok “perwira”. Ayat di bawah sepenuhnya menegaskan bahwa Allah adalah
penguasa dan pengawas segala sesuatu dan bahwa setiap makhluk hidup bertindak
atas ilham-Nya:
“Sesungguhnya aku bertawakal kepada
Allah Tuhanku dan Tuhan-mu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan
Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang
lurus.” (QS. Hud, 11: 56) !
Picture Text
Segi terpenting koloni semut adalah
bahwa mereka memiliki “kehidupan sosial” yang sibuk dan mereka melakukan segala
sesuatu sebagai ungkapan solidaritas. Dalam gambar ini, kita melihat sekelompok
semut yang mencoba bersama-sama membawa pulang sebutir buah.
Semut, makhluk yang sangat kecil,
menjalani hidup mereka secara tertib sempurna meskipun ukurannya kecil.
Semut-semut satu koloni yang berasal
dari kasta yang berbeda juga memiliki tampilan fisik yang berbeda. Setiap semut
memiliki bangun fisik yang sesuai dengan tugasnya.
Dalam gambar ini, kita lihat semut
penjaga pintu yang bentuk kepalanya istimewa.
Semut adalah makhluk yang dapat hidup
hanya dengan berkelompok. Mereka tak dapat bertahan hidup sendirian.
Dalam gambar di samping terlihat kota
bawah tanah yang dibangun semut dalam akar sebatang pohon. Lambat laun akar
pohon tersebut rusak dan pohonnya tumbang, menyingkapkan kota rahasia ini.
1. Sistem pertahanan udara: Saat
musuh terbesar semut, yakni burung, mendekati sarang, sebagian prajurit
mengarahkan perut mereka ke atas di lubang sarang dan menyemprotkan asam ke
arah burung.
2. Rumah kaca: Dalam ruangan yang
menghadap ke selatan ini, telur dari semut ratu matang. Suhu ruangan ini tetap
pada 38OC.
3. Pintu masuk dan pintu samping:
Pintu-pintu masuk ini dijaga semut penjaga pintu. Pada saat bahaya, mereka
menutup pintu dengan kepala mereka yang rata. Kalau ingin masuk melalui pintu,
penghuni lain koloni mengetuk kepala semut penjaga pintu dengan antena dalam
irama khusus, dan semut penjaga pintu pun membuka pintu. Jika mereka lupa irama
ini, penjaga langsung membunuh mereka.
4. Ruang siap pakai: Jika menemukan
sarang lama saat membangun sarang, semut juga meng-gunakan ruangan sarang tua
yang masih bertahan bentuknya. Jadi, mereka menghemat banyak waktu dalam
merampungkan struktur sarang.
5. Makam penyimpanan: Dalam ruangan
ini semut menaruh bangkai semut dan gabah tak ter-makan yang mereka kumpulkan.
6. Ruang penjaga: Semut prajurit
berada di sini dalam keadaan siaga sepanjang hari. Kalau merasakan bahaya
sedikit saja, mereka segera bertindak.
7. Sekat luar: Sekat ini, terbuat
dari potongan cabang dan ranting, melindungi sarang melawan panas, dingin, dan
hujan. Berkurang atau tidaknya lapisan sekat ini senantiasa diawasi semut
pekerja.
8. Ruang perawatan: Semut perawat
menghasilkan cairan manis dari perutnya. Semut pengasuh menusuk perutnya dengan
antena dan memanfaatkan cairan ini.
9. Gudang daging: Serangga, lalat,
jangkrik, dan semut musuh disimpan dalam gudang ini setelah dibunuh.
10.Gudang gandum: Semut penggiling
membawa butir besar gandum dalam bentuk tablet kecil ke sini, dan
memanfaatkannya sebagai roti di musim dingin.
11.Perawatan larva: Semut perawat
menggunakan air liurnya, yang bersifat antibiotik, untuk melin-dungi semut bayi
dari penyakit.
12.Ruang musim dingin: Semut yang
sedang hibernasi, mulai awal No-vember dan bangun pada bulan Mei, melewatkan
musim dingin panjang di sini. Saat bangun, tugas pertama mereka adalah
membersihkan ruangan ini.
13.Departemen pemanas sentral:
Mencampur potongan daun dan ranting di sini menghasilkan panas tertentu. Ini
menjaga suhu sarang antara 20O dan 30OC.
14.Ruang pengeraman: Telur ibu ratu
disimpan di ruangan ini sesuai dengan urutan ditelurkan. Lalu, jika tiba
saatnya, telur diambil dari sini dan dibawa ke rumah kaca.
15.Ruang bangsawan: Ibu ratu
menelurkan telurnya di sini. Asisten yang terus memberinya
Pada tahap pertama pembangunan
sarang, anggota koloni membuka lubang kecil, lalu memperluasnya menjadi labirin
ruang-ruang. Pada kebanyakan bagian-bagian ini terdapat kebun jamur. Kebun ini
memenuhi ruangan, yang terletak di dekat permukaan. Ruang yang lebih dalam dan
lebih besar me-nampung sisa dan pecahan tumbuhan yang membusuk. Anehnya,
beberapa ruang ini lebih banyak mengandung tanah daripada bahan organik,
seolah-olah penutup dari tanah diperlukan khusus untuk limbah berbahaya. Udara
panas naik dari ruang buangan ini. Udara yang sejuk dan kaya oksigen terhisap
ke dalam sarang. Lubang tepat di atas sarang hanya digunakan untuk penggalian
dan ventilasi. Terowongan di sekitar gua membentuk jalan sabuk sekitar 7,5
meter dari sarang.
Yang terpenting di sini adalah bahwa
metropolis ini dibangun oleh semut yang tidak pernah mengambil mata kuliah
arsitektur atau pertanian apa pun.
BAB 2
KOMUNIKASI DALAM
MASYARAKAT
Al Quran memberi informasi menarik
saat membicarakan tentara Nabi Sulaiman as. dan menyebut adanya “sistem
komunikasi” yang maju di antara semut. Ayat itu sebagai berikut:
“Hingga apabila mereka sampai di lembah
semut, berkatalah seekor semut: "Hai semut-semut, masuklah ke dalam
sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya,
sedangkan mereka tidak menyadari.” (QS. An-Naml, 23: 18) !
Penelitian ilmiah tentang semut pada
abad ini menunjukkan adanya jaringan komunikasi yang luar biasa di antara
makhluk ini. Dalam artikel di majalah National Geo-graphic, hal ini dijelaskan:
Dalam kepala semut terdapat
organ-organ indra majemuk, besar dan kecil, untuk menangkap isyarat visual dan
kimiawi yang vital bagi koloni, yang mungkin terdiri atas sejuta lebih pekerja,
yang semuanya betina. Otaknya mengandung setengah juta sel saraf; matanya
majemuk, antenanya ber-fungsi sebagai hidung dan ujung jari. Tonjolan di bawah
mulut menjadi indra pengecap; bulu menjadi indra peraba.7
Sekalipun tidak kita perhatikan,
semut memiliki metode komunikasi yang cukup berbeda berkat organ pengindra
mereka yang peka. Mereka menggunakan organ indra ini setiap saat dalam hidup
mereka, dari menemukan mangsa hingga saling mengikut sesamanya, dari mem-bangun
sarang hingga bertarung. Sistem komunikasi mereka membuat kita — sebagai
manusia yang berakal budi — kagum pada 500.000 sel saraf yang termuat dalam 2
atau 3 milimeter tubuh mereka. Harus kita ingat di sini, setengah juta sel
saraf dan sistem komunikasi yang rumit tersebut dimiliki oleh semut yang ukuran
tubuhnya hampir sepersejuta tubuh manusia.
Dalam penelitian yang dilakukan pada
makhluk sosial seperti semut, lebah, dan rayap yang hidup berkoloni, respon
hewan-hewan ini dalam proses komunikasi digolongkan dalam beberapa kategori
utama: mengambil posisi siaga, bertemu, membersihkan, bertukar makanan cair,
mengelompok, mengenali, mendeteksi kasta.… 8
Semut, yang membentuk struktur sosial
yang tertib dengan berbagai respon ini, menjalani hidup berdasarkan pertukaran
berita timbal balik, dan tidak mengalami kesulitan melakukannya. Dapat
dikatakan bahwa semut, dengan sistem komunikasi yang mengesankan itu, seratus
persen berhasil dalam hal-hal yang kadang tak dapat diselesaikan atau
di-sepakati manusia melalui berbicara (misalnya bertemu, bercerita,
mem-bersihkan, bertahan dan lain-lain).
Pertukaran Berita di antara Kelompok
Semut
Pertama, semut pencari pergi ke
sumber makanan yang baru ditemu-kan. Lalu mereka memanggil semut lain dengan
cairan yang disebut feromon(*), yang disekresikan dalam kelenjar-kelenjar
mereka. Saat kerumunan di sekitar makanan membesar, sekresi feromon membatasi
pekerja. Jika makanan sangat kecil atau jauh, pencari menyesuaikan jumlah semut
yang mencoba mencapai makanan dengan mengeluarkan isyarat. Jika makanan besar,
semut mencoba lebih giat untuk mening-galkan lebih banyak jejak, sehingga lebih
banyak semut dari sarang yang membantu para pemburu. Apa pun yang terjadi, tak
pernah ada masalah dalam konsumsi makanan dan pemindahannya ke sarang, karena
di sini ada “kerja tim” yang sempurna.
Contoh lain berkaitan dengan semut
penjelajah yang bermigrasi dari sarang ke sarang. Semut ini mendekati sarang
tua dari sarang yang baru ditemukan dengan meninggalkan jejak. Para pekerja
lain memeriksa sarang baru itu dan jika mereka yakin, mereka juga mulai
meninggalkan feromon mereka sendiri (jejak kimiawi) di atas jejak lama. Oleh
karena itu, semut yang berjalan di antara dua sarang itu meningkat jumlahnya
dan mereka menyiapkan sarang. Selama pekerjaan ini, semut pekerja tidak
bersantai. Mereka membangun organisasi dan pembagian kerja tertentu di antara
mereka. Tugas seluruh kelompok yang diperkirakan oleh semut yang mendeteksi
sarang baru adalah sebagai berikut:
1. Bertindak
sebagai pengumpul di wilayah baru.
2. Datang
ke wilayah baru dan berjaga.
3. Mengikuti
penjaga untuk menerima perintah pertemuan.
4. Membuat
survei terperinci wilayah tersebut.
Tentu saja, kita tidak bisa
menyepelekan saja tanpa perenungan bahwa rencana aksi sempurna tersebut telah
dipraktikkan semut sejak hari pertama mereka muncul. Pembagian kerja yang
disyaratkan rencana seperti ini tidak dapat diterapkan oleh individu yang hanya
memikirkan hidup dan kepentingannya sendiri. Lalu muncullah pertanyaan berikut:
“Siapa yang mengilhamkan rencana ini dalam diri semut selama berjuta tahun dan
siapa yang memastikan penerapannya?” Sewajarnya, diper-lukan kecerdasan dan
kekuasaan tinggi untuk komunikasi kelompok yang unggul ini. Kebenarannya jelas.
Allah, Pencipta segala makhluk dan pemilik kebijakan tak terbatas, memberi kita
jalan untuk memahami kekuasaan-Nya dengan menampilkan dunia semut yang
sistematis ini.
Komunikasi Kimiawi
Semua kategori komunikasi yang
disebut di atas dapat dikelompok-kan dalam judul “Isyarat Kimiawi”. Isyarat
kimiawi ini memainkan peran terpenting dalam organisasi koloni semut.
Semiokemikal adalah nama umum zat kimia yang digunakan semut untuk tujuan menetapkan
komu-nikasi. Pada dasarnya ada dua jenis semiokemikal, yaitu feromon dan
alomon.
Alomon adalah zat yang digunakan
untuk komunikasi antargenus. Namun, seperti yang dijelaskan sebelumnya,
fero-mon adalah isyarat kimiawi yang terutama digunakan dalam genus yang sama
dan saat disekresikan oleh seekor semut dapat dicium oleh yang lain. Zat kimia
ini diduga diproduksi dalam kelenjar endokrin. Saat semut menyekresi cairan ini
sebagai isyarat, yang lain menangkap pesan lewat bau atau rasa dan
menanggapinya. Penelitian mengenai feromon semut telah menyingkapkan bahwa
semua isyarat disekresikan menurut kebutuhan koloni. Selain itu, konsentrasi
feromon yang dise-kresikan semut bervariasi menurut kedaruratan situasi.9
Seperti terlihat, diperlukan
pengetahuan kimia yang mendalam untuk mengelola tugas yang dilakukan semut.
Kita dapat menganalisis zat kimia yang diproduksi semut hanya melalui uji
laboratorium, dan harus menuntut ilmu bertahun-tahun untuk dapat melakukannya.
Namun semut dapat menyekresikan zat ini kapan saja mereka perlu, dan telah
melakukannya sejak hari mereka menetas, serta tahu betul tanggapan apa yang
perlu diberikan kepada setiap sekresi.
Kenyataan bahwa mereka dapat
mengidentifikasi zat kimia secara tepat begitu menetas menunjukkan adanya
“instruktur” yang memberi mereka pendidikan ilmu kimia saat menetas. Mengklaim
hal sebaliknya berarti menerima bahwa semut telah mempelajari ilmu kimia
perlahan-lahan dan mulai melakukan percobaan: ini melanggar logika. Semut
mengenal zat-zat kimia ini tanpa pendidikan apa pun saat menetas. Kita tak bisa
berkata bahwa semut lain atau makhluk hidup lain adalah “guru” semut itu. Tak
ada serangga, tak ada makhluk hidup — termasuk manusia — yang mampu mengajari
semut cara memproduksi zat kimia dan berkomunikasi dengannya. Jika ada tindakan
pengajaran sebelum lahir, satu-satunya kehendak yang mampu melakukan tindakan
ini adalah Allah, yang merupakan Pencipta segala makhluk dan “Rabb (Pendidik)”
langit dan bumi.
Banyak orang bahkan tak tahu arti
“feromon”, sesuatu yang disekresi semut terus-menerus dalam kehidupan
sehari-hari. Namun berkat zat-zat kimia ini, setiap semut yang baru menetas
mampu melakukan sistem komunikasi sosial yang sempurna; sistem komunikasi
sosial yang tak menyisakan ruang untuk meragukan adanya sang Pencipta dengan
kekuasaan tak terbatas.…
Kelenjar Endokrin
Pada dasarnya terdapat beberapa
kelenjar endokrin tempat reaksi kimia kompleks yang telah kita bicarakan
terjadi. Sekresi yang dihasil-kan dalam enam kelenjar endokrin memungkinkan
korespondensi kimiawi antarsemut. Akan tetapi, hormon-hormon ini tidak
menunjuk-kan ciri-ciri yang sama dalam setiap spesies semut; setiap kelenjar
endokrin memiliki fungsi terpisah dalam spesies semut yang berbeda. Sekarang
mari kita telaah lebih dekat kelenjar-kelenjar endokrin ini.
Kelenjar Dufour. Hormon yang
diproduksi dalam kelenjar ini di-gunakan dalam perintah tanda bahaya dan
berkumpul untuk menyerang.
Kantung Racun: Produksi asam format
dalam jumlah besar terjadi dalam kantung racun. Di sini pula dibentuk racun yang
diproduksi untuk digunakan selagi menyerang dan bertahan. Contoh terbaik hormon
ini terdapat pada semut api. Racun semut ini dapat melumpuhkan hewan kecil dan
mencederai manusia.
Di hutan yang dihuni semut yang
memproduksi asam format, peneliti menemukan asam format pada tingkat yang tak
bisa dijelaskan. Semua teori yang diajukan terbukti keliru dan semua penelitian
yang dilakukan tak membuahkan hasil apa pun. Pada akhirnya, keyakinan umum para
ilmuwan berkembang seperti berikut:
Asam format di hutan dibentuk oleh
asam yang berasal dari peng-uapan asam yang diproduksi semut, menghasilkan
perubahan ekologis. Maksudnya, makhluk mikro ini mampu memproduksi dan, jika
perlu, menggunakan asam, dalam skala yang bahkan dapat mempengaruhi atmosfer
daerah yang mereka huni tanpa membahayakan diri mereka sendiri dan ini
membingungkan para peneliti.10
Kelenjar Pigidial: Tiga macam spesies
semut menggunakan sekresi yang diproduksi kelenjar ini sebagai sistem tanda
bahaya. Semut panen gurun besar mengirimkan hormon ini dalam bentuk bau yang
kuat dan mengeluarkan tanda bahaya panik; dan Pheidole Biconstricta, spesies
semut di Amerika Selatan, menggunakan sekresi yang dihasilkannya dalam kelenjar
ini untuk tanda penyerangan dan pertahanan kimiawi.
Kelenjar Sternal: Sekresi di sini
digunakan selama migrasi koloni, melacak mangsa, dan mengumpulkan “prajurit”.
Fungsi paling orisinal sekresi ini adalah melumasi daerah perut ketujuh, yang
sering harus diputar saat menyemprotkan racun. Dengan ini pemutaran tubuh untuk
menyemprotkan racun menjadi lebih mudah. Tanpa kelenjar ini, yang merupakan
pusat produksi zat pelumas mikroskopis, sistem pertahanan semut tidak akan
efisien.
Namun, bukan itu yang terjadi, karena
adanya rancangan sempurna ini: Cara semut mungil memutar tubuh untuk
menyemprotkan racun telah ditentukan, sebagaimana telah ditakdirkan di mana dan
bagaimana produksi pelumas yang diperlukan untuk mengurangi tekanan saat
memutar tubuh ini.
Kelenjar Metapleural: Telah ditemukan
bahwa sekresi dari kelenjar ini adalah antiseptik, yang melindungi permukaan
tubuh dan sarang dari mikroorganisme. Misalnya, asam yang merupakan sejenis
antibiotika selalu terdapat pada tubuh semut Atta dengan jumlah senantiasa 1,4
mikrogram. Semut pekerja menyekresikan hormon antiseptik ini dalam jumlah kecil
dari waktu ke waktu. Selanjutnya, jika diserang, ia menge-luarkan hormon ini
untuk mengusir musuh.11
Jangan lupa bahwa semut tidak tahu
cara melindungi diri dari mikroba, bahkan, tidak mengetahui adanya mikroba.
Tapi tubuhnya menghasilkan obat untuk melawan musuhnya tanpa ia sadari.
Kenya-taan bahwa dalam tubuh semut selalu ada hormon antiseptik dengan jumlah
1,4 mikrogram adalah detail yang telah dipikirkan dengan ketelitian tinggi.
Karena Dia yang menciptakan semut adalah Dia yang memenuhi semua kebutuhan
makhluk hidup yang diciptakan-Nya hingga detail terkecil dan Dia yang
sesungguhnya Maha Pemurah.
Seperti yang telah ditunjukkan, semua
kelenjar endokrin yang disebut dalam bab ini adalah unit yang berfungsi vital
untuk semut. Hilang atau tak berfungsinya kelenjar mana pun akan berpengaruh
buruk pada seluruh hidup sosial dan fisik semut. Bahkan, semut itu tak akan
mampu bertahan hidup.
Ini meruntuhkan klaim teori evolusi
bahwa makhluk hidup berkembang secara bertahap dan berawal dari bentuk primitif,
yang berangsur-angsur makin maju akibat rang-kaian kebetulan yang
menguntungkan. Jika demikian berarti pada tahap-tahap sebelumnya semut tidak
memiliki sebagian ciri-ciri fisiologis mereka hari ini dan baru memperolehnya
belakangan. Namun, semua sekresi semut yang kita bahas di atas adalah vital,
dan tanpanya spesies semut mustahil mampu bertahan hidup.
Semua ini membawa kepada kesimpulan
bahwa sejak awal semut sudah diciptakan bersama kelenjar-kelenjar endokrin dan
fungsi-fungsi vital ini. Jadi, mereka tidak pernah menunggu perkembangan
kelenjar endokrin yang diperlukan selama ratusan ribu tahun agar dapat memiliki
sistem komunikasi dan pertahanan. Jika tidak, mustahil genus semut mampu
bertahan hidup. Penjelasan satu-satunya adalah bahwa spesies semut pertama yang
ada di bumi bertahan hidup dalam bentuk yang sama sempurnanya dan sama
lengkapnya seperti hari ini. Sistem sempurna ini pastilah karya seni sesosok
perancang yang cerdas. Jika kita sekarang bisa membicarakan masyarakat semut
yang berpopulasi miliaran ekor, kita harus mengakui bahwa Pencipta yang satu
telah menciptakan semua ini sekaligus.
Kartu Identitas Semut: Bau Koloni
Telah disebutkan sebelumnya bahwa
semut dapat saling mengenali dan membedakan keluarga dan temannya yang
sekoloni. Para ahli zoologi masih menyelidiki bagaimana semut dapat mengenali
keluarga-nya. Sementara manusia tak dapat membedakan beberapa semut yang
mungkin ia temui, mari kita lihat sekarang bagaimana makhluk yang sangat serupa
ini dapat saling mengenali.
Semut dapat dengan mudah mendeteksi
apakah seekor semut lain berasal dari koloni yang sama atau tidak. Semut
pekerja menyentuh tubuh semut satunya untuk mengenali, jika semut lain itu
memasuki sarangnya. Ia dapat langsung membedakan semut yang sekoloni de-ngannya
atau tidak, berkat bau koloni khusus pada tubuh. Jika semut yang memasuki
sarang adalah semut asing, gerombolan semut akan menyerang tamu tak diundang
ini secara kejam. Penghuni sarang meng-gigiti tubuh semut asing ini dengan
rahang mereka yang kuat dan mem-buatnya tak berdaya dengan asam format,
sitronelal, dan zat beracun lain yang mereka sekresikan.
Jika tamunya berasal dari spesies
yang sama tetapi dari koloni lain, mereka juga dapat memahaminya. Dalam hal
ini, semut tamu diterima di dalam sarang. Akan tetapi, semut tamu ini diberi
makanan lebih sedikit sampai ia memperoleh bau koloni tersebut.12
Bagaimana Bau Koloni Diperoleh?
Sumber bau yang memastikan untuk bisa
dikenali oleh semut se-koloni tidak dapat sepenuhnya dijelaskan. Namun, sejauh
yang telah ditemukan, semut menggunakan hidrokarbon untuk membedakan bau di
antara mereka.
Percobaan yang dilakukan menunjukkan
bahwa semut yang se-spesies tapi tidak sekoloni dapat saling mengenali melalui
perbedaan hidrokarbon. Percobaan yang menarik dilaksanakan untuk memahami hal
ini. Pertama, pekerja-pekerja sekoloni disirami cairan yang membawa bau semut
yang sespesies dengan mereka, tetapi tidak sekoloni. Diamati bahwa sementara
semut lain yang sekoloni menampilkan perilaku agresif kepada semut yang disiram
cairan tersebut, koloni lain yang baunya digunakan untuk percobaan ini tidak
bereaksi melawan pekerja-pekerja ini.13
Apakah Bau Koloni Mengalami Evolusi?
Hal penting mengenai bau koloni untuk
direnungkan dengan hati-hati adalah masalah evolusi. Bagaimana mekanisme
evolusi menjelaskan kenyataan bahwa semut, atau anggota koloni serangga lain
(lebah, rayap, dan lain-lain) dapat mengenali temannya melalui feromon
eksklusif?
Orang yang mencoba membela teori
evolusi, meskipun ada berbagai ketidakrasionalan, mengklaim bahwa feromon
adalah hasil seleksi alam (pelestarian perubahan menguntungkan dan penghilangan
perubahan yang berbahaya yang terjadi pada makhluk hidup). Namun, ini tak
mungkin terjadi dalam spesies serangga mana pun, termasuk semut. Contoh yang
paling mencolok untuk hal ini adalah lebah madu. Saat menyengat musuh, lebah
madu menghasilkan feromon yang memberi tahu lebah lainnya akan adanya bahaya.
Namun, setelah itu ia langsung mati. Dalam hal ini, ini berarti bahwa feromon ini
diproduksi hanya sekali. Karenanya “perubahan menguntungkan” seperti ini tak
mungkin diteruskan ke generasi berikut dan dilestarikan oleh seleksi alam.
Penjelasan ini menunjukkan bahwa komunikasi kimiawi di antara spesies serangga
yang memiliki sistem kasta ini tak mungkin berevolusi dengan metode seleksi
alam. Ciri-ciri serangga ini, yang sama sekali menggugur-kan teori seleksi
alam, menunjukkan sekali lagi bahwa Dia yang menetapkan jaringan komunikasi di
antara mereka adalah Dia “yang menciptakan mereka pertama kali.”
Ajakan Semut
Semut memiliki tingkat pengorbanan
diri yang sangat tinggi dan, karenanya, mereka selalu mengundang teman mereka
ke setiap sumber makanan yang ditemukan dan berbagi makanan.
Dalam situasi seperti ini, semut yang
menemukan makanan meng-arahkan semut lain ke situ. Untuk hal ini metode berikut
digunakan: Semut penjelajah pertama yang menemukan sumber makanan mengisi
temboloknya dan pulang. Selagi pulang, ia menyeret perutnya di tanah tiap
berapa jenak dan meninggalkan isyarat kimiawi. Namun, ajakan ini tidak berakhir
di sini. Ia mengitari bukit semut beberapa kali sejenak. Ia melakukannya
sekitar tiga hingga enam belas kali. Gerakan ini me-mastikan adanya hubungan
dengan teman-teman sesarang. Ketika si penjelajah ingin kembali ke sumber
makanan, semua teman yang telah ditemuinya ingin mengikutinya. Namun, hanya
teman yang berada dalam kontak antena terdekat dapat menemaninya keluar. Saat
mencapai makanan, semut pencari langsung kembali ke bukit dan mengambil peran
sebagai tuan rumah. Semut pencari dan teman-teman pekerja lainnya saling
terhubung melalui isyarat indra terus-menerus dan melalui hormon feromon pada
permukaan tubuh mereka.
Semut dapat mencapai sasaran dengan
mengikuti jejak ke makanan, meskipun tak ada lagi semut yang mengajak. Berkat
adanya jejak yang dibuat penjelajah dari makanan ke sarang, saat penjelajah
tiba di sarang dan melakukan “tarian batu”, teman-teman sarangnya mencapai
sumber makanan tanpa bantuan dari si pengajak.
Sisi lain yang menarik dari semut
adalah banyaknya produksi se-nyawa kimia yang digunakan dalam proses ajakan,
masing-masing dengan fungsi berbeda. Tidak diketahui mengapa begitu banyak zat
ki-mia yang digunakan agar mereka bisa berkumpul di sekeliling sumber makanan.
Tetapi, sejauh yang teramati, keanekaragaman zat kimia tersebut memastikan
setiap jejak itu berbeda-beda. Selain itu, semut me-nyampaikan isyarat
berbeda-beda saat mengirim pesan, dan intensitas setiap isyarat pun
berbeda-beda. Mereka meningkatkan intensitas isyarat ketika koloni lapar atau
ketika diperlukan daerah sarang yang baru.
Solidaritas
dalam masyarakat semut pada tingkat setinggi ini dapat dipandang sebagai
perilaku yang patut direnungkan dan diteladani manusia. Jika dibandingkan
dengan manusia yang tak ragu melanggar hak orang lain demi kepentingan sendiri
– satu-satunya hal yang mereka pikirkan – semut yang sangat mengorbankan diri
itu jauh lebih etis.
Tidak
mungkin menjelaskan perilaku semut yang sama sekali tidak egois ini dalam
kerangka teori evolusi. Evolusi mengasumsikan satu-satunya aturan di alam
adalah pertarungan demi kelangsungan hidup dan konflik yang menyertainya.
Namun, ciri-ciri perilaku yang di-tampilkan semut dan banyak hewan lain
menyanggah hal ini dan menunjukkan realitas pengorbanan.
Sebenarnya,
teori evolusi tidak lebih dari usaha mereka yang ingin mengesahkan keegoisan
mereka sendiri dan menimpakan keegoisan ini ke seluruh alam.
Fungsi Sentuhan dalam Komunikasi
Kimiawi
Komunikasi semut dengan bersentuhan
antena dalam memelihara organisasi intrakoloni membuktikan penggunaan “bahasa
antena” da-lam arti sepenuhnya.
Isyarat antena semut yang dilakukan
dengan bersentuhan ini di-gunakan untuk berbagai tujuan, misalnya dimulainya
makan, ajakan, dan pertemuan sosial agar teman-teman sesarang saling mengenal.
Con-tohnya, dalam sejenis spesies semut pekerja yang hidup di Afrika, para
pekerja pertama-tama bersentuhan antena ketika bertemu. Di sini “ber-jabatan
antena” berarti sapaan dan ajakan masuk sarang.
Gerakan ajakan ini sangat jelas dalam
beberapa spesies semut (Hypo ponera). Saat dua ekor pekerja bertemu berhadapan,
semut pengajak me-miringkan kepalanya ke samping 90 derajat dan menyentuh
bagian atas dan bawah kepala temannya dengan antena. Semut yang diajak
menang-gapi dengan cara yang sama.14 Saat semut menyentuh tubuh teman
sarangnya, tujuannya bukanlah memberi informasi, melainkan mem-peroleh
informasi dengan mendeteksi zat kimia yang disekresi. Seekor semut mengetuk
ringan tubuh teman sarangnya dan menyentuh kuat dengan antena. Kalau ia
mendekati teman sa-rangnya, tujuannya adalah membawa isya-rat kimiawi sedekat
mungkin. Alhasil, ia akan mampu mende-teksi dan mengikuti jalur bau yang baru
di-tinggalkan temannya dan mencapai sumber makanan.
Contoh paling mencolok yang dapat
diajukan untuk komunikasi dengan sentuhan ini adalah semut yang mem-beri makan
semut lain dengan makanan yang disimpan dalam tembolok-nya, dengan cara
mengeluarkan makanan itu dari mulutnya dengan sen-tuhan pendek. Dalam percobaan
menarik yang dilakukan pada topik ini, berbagai bagian tubuh semut pekerja dari
spesies Myrmica dan Formica distimulasi dengan bulu manusia dan berhasil dibuat
mengeluarkan makanan cair dari mulut. Semut yang paling peka adalah semut yang
baru makan dan sedang mencari teman sarangnya untuk berbagi apa yang baru dimakannya.
Para peneliti mencatat bahwa beberapa serangga dan parasit menyadari ada-nya
taktik semacam ini dan mereka mendapat makanan dengan mempraktikkan metode ini.
Yang harus dilakukan serangga un-tuk menarik perhatian semut hanyalah menyentuh
tubuh semut sedikit dengan antena dan kaki depannya. Lalu semut yang disentuh
akan mem-berikan makanannya, meskipun makhluk yang bersentuhan dengannya adalah
makhluk jenis lain.15
Kemampuan semut untuk memahami
keinginan semut lain melalui sentuhan antena pendek ini menunjukkan bahwa semut
mampu, kata-kanlah, “berbicara” di antara mereka. Bagaimana “bahasa antena”
antar semut ini dipelajari oleh semua semut adalah topik lain yang layak
dipikirkan. Apakah mereka mengikuti pelatihan tentang ini? Membica-rakannya berarti
kita juga harus membicarakan adanya Yang Mahakuasa yang memberikan pelatihan.
Karena semut tak mungkin melakukannya, Yang Mahakuasa ini adalah Allah, yang
melalui ilham mengajari bahasa untuk berkomunikasi kepada semua semut.
Perilaku berbagi makanan yang
dipraktikkan di antara semut adalah jenis pengorbanan yang tidak dapat
dijelaskan dengan teori evolusi. Se-bagian evolusionis yang memandang pepatah
“ikan besar memakan ikan kecil” sebagai kunci kehidupan di bumi, mau tidak mau
harus menarik kembali perkataannya saat dihadapkan pada pengorbanan yang
ditam-pilkan semut. Dalam koloni semut, “semut besar” tidak berkembang dengan
memakan “semut kecil”. Ia malah memberi makan “semut kecil” dan membuatnya
tumbuh. Semua semut siap menerima makanannya, yakni “ransum”yang diberikan
kepadanya dan pasti memberikan kele-bihannya kepada anggota koloni lain.
Alhasil, semua contoh ini menunjukkan
bahwa semut adalah masya-rakat makhluk hidup yang tunduk pada kehendak sang
Pencipta dan bertindak menurut ilham-Nya. Oleh karena itu, tidaklah benar jika
kita memandang mereka sebagai organisme yang sama sekali tidak sadar, karena
mereka memiliki kesadaran yang mencerminkan kehendak Pencipta mereka.
Sesungguhnya dalam Al Quran, Allah mengajak mem-perhatikan fakta yang menarik
ini dan memberi tahu kita bahwa semua makhluk hidup sebenarnya membentuk
masyarakat sendiri, yakni mereka hidup menurut takdir Ilahi dan sesuai dengan
ilham.
“Dan tiadalah bintang-bintang yang ada
di bumi dan burung-bu-rung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan
umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam
Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS. Al An'aam: 38) !
Komunikasi dengan Bunyi
Komunikasi dengan bunyi adalah metode
lain yang sering diguna-kan semut. Dua jenis produksi bunyi telah ditemukan.
Salah satunya adalah bunyi “ketukan” dan getaran yang diproduksi dengan
memukul-kan tubuh pada rintangan atau tanah, dan satu lagi adalah nada tinggi
yang diproduksi dengan menggosokkan bagian tubuh tertentu.16
Isyarat bunyi yang diproduksi dengan
memukulkan tubuh biasanya digunakan oleh koloni yang bersarang di pohon.
Contohnya, semut tukang kayu berkomunikasi dengan “bermain gendang”. Mereka
mulai “bermain gendang” saat menghadapi bahaya apa saja yang mendekati sarang
mere-ka. Bahaya ini bisa berupa bunyi yang mencemaskan atau sentuhan yang
mereka rasakan atau arus udara yang mendadak timbul. Semut pemukul gendang
mengetuk tanah dengan dagu dan perutnya dengan cara meng-goyangkan tubuhnya
maju-mundur. Dengan cara ini, isyarat mudah ter-kirim melalui kulit pohon tipis
sejauh beberapa desimeter.17 Semut tukang kayu Eropa mengirim getaran ke teman
sarangnya yang berada pada jarak 20 cm atau lebih dengan cara mengetukkan dagu
dan perut pada kayu ruangan dan terowongan. Di sini harus diperhitungkan bahwa
20 cm bagi semut setara dengan 60-70 meter bagi manusia.
Semut hampir tuli terhadap getaran
yang disampaikan melalui uda-ra. Namun, mereka sangat peka pada getaran suara
yang dihantarkan melalui zat padat. Ini adalah isyarat tanda bahaya yang paling
efisien bagi mereka. Ketika mendengarnya, mereka mempercepat langkah, ber-gerak
menuju asal getaran, dan menyerang semua makhluk hidup yang bergerak yang
mereka lihat di situ.
Panggilan ini selalu dipatuhi anggota
koloni mana pun. Inilah petun-juk betapa suksesnya organisasi dalam masyarakat
semut. Bahkan seke-lompok kecil manusia yang menanggapi panggilan tanda bahaya
secara kolektif — tanpa kecuali, dan tanpa anarki — adalah hal yang sangat
sulit dalam praktik. Akan tetapi, semut mampu melakukan apa yang diperin-tahkan
tanpa membuang waktu, sehingga mereka dapat meneruskan kehidupannya tanpa
mengganggu disiplin dalam koloni sesaat pun juga.
Produksi suara bernada tinggi
sistemnya lebih rumit daripada proses bermain gendang. Bunyi dihasilkan dengan
menggosokkan beberapa ba-gian tubuh. Semut menghasilkan bunyi ini dengan
menggosokkan organ tubuh di bagian belakang. Jika kita mendekatkan telinga ke
semut pekerja pemanen, kita dapat mendengar mereka menghasilkan suara bernada
tinggi.
Tiga fungsi utama komunikasi suara
telah ditemukan dalam spesies yang berbeda. Ketiganya dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Komunikasi suara pada semut
pemotong daun berfungsi sebagai sistem peringatan bawah tanah. Ini biasanya
digunakan kalau sebagian koloni terkubur di bawah longsoran sarang. Pekerja
mulai bergerak menggali untuk menyelamatkan teman-temannya, sebagai tanggapan
atas isyarat bunyi yang diterima.
2. Suara bernada tinggi digunakan
dalam beberapa spesies ketika me-lakukan perkawinan dengan ratu. Saat ratu-ratu
yang muda dikumpulkan di tanah dan atau di tumbuhan untuk melakukan perkawinan,
dan telah mendapatkan cukup sperma, mereka menghasilkan bunyi bernada tinggi
untuk mencegah kawanan semut jantan menangkap mereka.
3. Dalam spesies lain, bunyi
digunakan untuk meningkatkan efisien-si feromon yang diproduksi selama
anggota-anggota sarang bertemu untuk menemukan makanan atau sarang baru.18
Terkadang dalam spesies tertentu,
pencari makanan memungkinkan semut lain mengelilingi mangsa, dengan isyarat
yang mereka hasilkan ketika mereka menemukan mangsa. Para pekerja berkumpul dan
men-capai mangsa dalam 1-2 menit berkat bunyi bernada tinggi ini. Hal-hal ini
merupakan keuntungan besar bagi spesies semut.
Untuk Mata yang Melihat …
Dengan berbagai metode komunikasi
mereka, semut dapat diban-dingkan dengan manusia yang dapat berbicara beberapa
bahasa asing. Mereka mampu berkomunikasi dalam 3-4 bahasa di antara mereka
sen-diri dan mereka dapat menjalani hidup dengan cara yang bebas masalah.
Mereka bisa melestarikan koloni yang berpopulasi ratusan ribu atau ter-kadang
jutaan, dan bertahan sepanjang hidup mereka tanpa menimbul-kan kekacauan.
Namun, sistem komunikasi yang telah
kami uraikan sejauh ini baru-lah salah satu mukjizat dunia hewan. Ketika kita
menganalisis manusia maupun semua makhluk hidup lain (dari makhluk bersel
tunggal hingga makhluk multisel), kita dapat menemukan ciri-ciri yang berlainan,
masing-masing merupakan mukjizat yang unik dan terpisah, dengan tempatnya
sendiri-sendiri dalam tatanan ekologis.
Bagi mata yang dapat melihat, semua
mukjizat yang diciptakan di sekelilingnya, dan bagi hati yang dapat merasa,
cukuplah ia melihat sistem komunikasi luar biasa dari semut yang berukuran
begitu kecil, maka ia akan menghargai kekuatan, pengetahuan, dan hikmah tak
terba-tas milik Allah, yang merupakan Pemilik tunggal dan Penguasa segala
makhluk hidup. Dalam Al Quran, Allah menyebut orang-orang yang tidak memiliki
kemampuan ini dan yang tidak menghargai kekuasaan-Nya sebagai berikut:
“Maka apakah mereka tidak berjalan di
muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami
atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena
sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di
dalam dada.” (QS. Al-Hajj, 22: 46) !
Picture Text
(*) FEROMON berasal dari kata “fer”
(membawa) dan “hormon” (hormon) dan artinya “pembawa hormon”. Feromon adalah
isyarat yang digunakan di antara hewan sespesies dan biasanya diproduksi dalam
kelenjar khusus untuk dise-barkan.
Komunikasi melalui feromon sangat
meluas dalam keluarga serangga. Feromon bertindak sebagai alat pemikat seksual
antara betina dan jantan. Jenis feromon yang sering dianalisis adalah yang
digunakan ngengat sebagai zat untuk melakukan perkawinan. Ngengat gipsi betina
dapat mempengaruhi ngengat jantan beberapa kilometer jauhnya dengan memproduksi
feromon yang disebut “disparlur”. Karena ngengat jantan mampu mengindra
beberapa ratus molekul dari betina yang mengeluarkan isyarat dalam hanya satu
mililiter udara, disparlur tersebut efektif saat disebarkan di wilayah yang
sangat besar sekalipun.
Feromon memainkan peran penting dalam
komunikasi serangga. Semut menggunakan feromon sebagai penjejak untuk
menunjukkan jalan menuju sumber makanan. Bila lebah madu menyengat, ia tak
hanya meninggalkan sengat pada kulit korbannya, tetapi juga meninggalkan zat
kimia yang memanggil lebah madu lain untuk menyerang. Demikian pula, semut
pekerja dari berbagai spesies mensekresi feromon sebagai zat tanda bahaya, yang
digunakan ketika terancam musuh; feromon disebar di udara dan mengumpulkan
pekerja lain. Bila semut-semut ini bertemu musuh, mereka juga memproduksi
feromon sehingga isyaratnya bertambah atau berkurang, bergantung pada sifat
bahayanya.
Komunikasi antara semut dapat
dilaksanakan melalui penyampaian isyarat kimiawi melalui bau atau rasa.
Di kanan adalah diagram ana-tomis
semut spesies Formica. Otak dan sistem saraf ditunjuk-kan dalam warna biru,
sistem pencernaan warna merah muda, jantung warna merah, sedangkan kelenjar
endokrin dan struktur terkait warna kuning. 1. Kelenjar mandibular. 2. Pharynx.
3. Kelenjar profaringeal. 4. Kelenjar pascafaringeal. 5. Otak. 6. Kelenjar
labial. 7. Esofagus. 8. Sistem saraf. 9. Kelenjar metapleural. 10. Jantung. 11.
Lambung. 12. Proventrikulus. 13. Kantung malpighi. 14. Usus tengah. 15. Rektum.
16. Anus. 17. Kelenjar Dufour. 18. Kantung racun.
Allah Mahalembut terhadap
hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan
Dialah Yang Mahakuat lagi Mahaperkasa. (QS. Asy-Syura, 42:19)
Semut membangun komunikasi dengan
sentuhan.
BAB 3
SPESIES SEMUT
Meski tampak serupa, semut terbagi
dalam banyak spesies berdasarkan gaya hidup dan ciri-ciri fisiknya. Makhluk
hidup ini sebenarnya memiliki sekitar 8.800 spesies. Setiap spesies juga
memiliki sifat yang patut dikagumi. Sekarang mari kita bahas beberapa spesies
tersebut, gaya hidup dan ciri-cirinya.
Semut Pemotong Daun
Ciri-ciri khusus semut pemotong daun,
yang juga disebut “Atta”, adalah kebiasaan mereka membawa potongan daun yang
mereka potong di atas kepalanya. Semut ini bersembunyi di bawah daun, yang
sangat besar dibandingkan ukuran tubuh mereka. Daun ini mereka tahan dengan
dagu yang terkatup rapat. Oleh karena itu, perjalanan pulang semut pekerja
setelah bekerja seharian memberi pemandangan sangat menarik. Orang yang
melihatnya akan merasa seolah lantai hutan menjadi hidup dan berjalan. Di hutan
hujan, pekerjaan mereka mengambil sekitar 15 persen produksi daun.19 Alasan
mereka membawa potongan daun tentu saja bukan untuk perlindungan dari matahari.
Semut ini juga tidak memakan potongan daun. Lalu, bagaimana mereka memanfaatkan
begitu banyak daun?
Ternyata Atta menggunakan daun untuk
memproduksi jamur. Daun itu sendiri tidak dapat mereka makan karena di dalam
tubuh mereka tak ada enzim yang dapat mencerna selulosa dalam daun. Semut
pekerja menumpuk potongan daun setelah ia kunyah, dan ia simpan di ruang-ruang
dalam sarang di bawah tanah. Di ruangan ini mereka menanam jamur di atas daun.
Dengan ini, mereka memperoleh protein yang mereka butuhkan dari pucuk jamur.20
Namun, jika Atta disingkirkan, kebun
itu biasanya mulai rusak dan segera tersaingi jamur liar. Lalu, bagaimana Atta,
yang membersihkan kebunnya hanya sebelum “penanaman”, terlindung dari jamur
liar? Cara menjaga kultur murni jamur tanpa harus selalu disiangi tampaknya
bergantung pada air liur yang dimasukkan semut ke dalam kompos saat mereka
mengunyah. Diduga air liur tersebut mengandung antibiotik yang menghambat
pertumbuhan jamur yang tak diinginkan. Air liur juga mungkin mengandung zat
pendukung pertumbuhan untuk jamur yang tepat.22 Yang harus direnungkan adalah:
Bagaimana semut ini belajar membudidayakan jamur? Apakah mungkin, pada suatu
hari seekor semut kebetulan mengambil daun dengan mulutnya dan mengunyah-nya?
Lalu secara kebetulan lagi ia menempatkan cairan yang kini mirip bubur ini di
atas lapisan daun kering yang benar-benar secara kebetulan merupakan lahan yang
cocok? Dan semut lain membawa potongan jamur dan menanamnya di situ? Dan
akhirnya semut itu tahu di situ akan tumbuh sejenis makanan yang dapat mereka
makan, sehingga mereka mulai membersihkan kebun, membuang bahan yang tak perlu,
dan me-manennya? Lalu mereka menyampaikan proses ini kepada seluruh kolo-ni
satu per satu? Selain itu, mengapa mereka membawa semua daun itu ke sarang
meskipun tak dapat mereka makan?
Selanjutnya, bagaimana semut ini
mampu menciptakan air liur yang mereka gunakan saat mengunyah daun untuk
memproduksi jamur? Kalaupun misalnya mereka entah bagaimana dapat membentuk air
liur ini, dengan informasi apa mereka dapat memproduksi antibiotik dalam air
liur mereka yang mencegah terbentuknya jamur liar? Bukankah diperlukan
pengetahuan ilmu kimia yang signifikan untuk bisa mencapai proses seperti itu?
Andaipun mereka memiliki pengetahuan itu — yang mustahil terjadi — bagaimana
mereka bisa mene-rapkannya dan mem-buat air liur mereka memiliki ciri-ciri zat
antibiotik ini?
Jika kita pikirkan bagai-mana semut
dapat mewujudkan peristiwa mukjizat ini, akan muncul ratusan pertanyaan serupa,
yang satu pun tak ada jawabannya.
Di lain pihak, jika di-berikan satu
penjelasan, semua pertanyaan ini bisa dijawab. Semut telah di-rancang dan
diprogram untuk mengerjakan tugas yang mereka laksanakan. Peristiwa yang
diamati tadi sudah cukup untuk membuktikan bahwa semut dimunculkan, dengan
mengetahui ilmu pertanian. Pola perilaku kompleks seperti ini bukanlah fenomena
yang bisa berkembang bertahap seiring waktu. Pola-pola ini adalah hasil dari
pengetahuan yang komprehensif dan kecerdasan yang tinggi. Maka dari itu, klaim
evolusionis bahwa perilaku menguntungkan diseleksi seiring waktu dan organ yang
diperlukan berkembang melalui mutasi, kini tampak sama sekali tidak masuk akal.
Tentu hanya Allah yang memberikan pengetahuan ini kepada semut dari hari
pertama, dan Yang menciptakan mereka dengan segala segi yang menakjubkan ini.
Allahlah sang Pencipta. Berbagai keunikan semut Atta yang di atas memberikan
suatu gambaran yang akan sering kita temui di seluruh buku ini. Kita
membicarakan suatu makhluk hidup tanpa kemampuan berpikir, tetapi tetap saja
dapat menyelesaikan tugas besar yang memperlihatkan adanya kecerdasan tinggi.
Hal ini tak terbayangkan oleh manusia.
Lalu, apa arti semua ini?
Jawabannya hanya satu dan sederhana:
Jika hewan ini tidak memi-liki kemampuan berpikir untuk memungkinkannya
melakukan apa yang ia lakukan, berarti ada kecerdasan, ada Kebijakan sosok
lain. Sang Pencipta, yang menciptakan semut, menjadikan pula hewan ini mampu
melakukan hal-hal di luar kapasitasnya sendiri. Demikianlah Dia me-nunjukkan
keberadaan-Nya dan keunggulan dalam ciptaan-Nya. Semut bertindak menurut ilham
Allah dan kecerdasan yang ditampilkan sebenarnya adalah kearifan Allah.
Sebenarnya, hal serupa terlihat di
seluruh dunia hewan. Kita ber-temu berbagai makhluk yang menampilkan kecerdasan
yang sangat tinggi meskipun mereka tak memiliki pikiran yang mandiri atau
kapa-sitas nalar. Semut adalah salah satu hewan yang paling mencolok dan
seperti hewan lain, sebenarnya bertindak sesuai dengan program yang diberikan
oleh Kehendak yang melatihnya. Ini mencerminkan kearifan dan kekuasaan si Pemilik
Kehendak, yakni Allah.
Sekarang mari kita lanjutkan meninjau
keterampilan unggul semut, yang memiliki pengetahuan dasar.
Metode Pertahanan Atta yang Menarik
Pekerja berukuran sedang dari koloni
semut pemotong daun melewatkan hampir seluruh hari mereka membawa daun. Mereka
jadi sulit membela diri selama kegiatan ini, karena mereka memegang daun dengan
dagu yang biasa mereka gunakan untuk membela diri. Jadi, jika mereka tak mampu
membela diri, siapa yang melindungi mereka?
Telah diamati bahwa semut pekerja pemotong
daun selalu berjalan ditemani pekerja yang berukuran lebih kecil. Pada mulanya
ini diper-kirakan hanya kebetulan. Lalu, alasan di balik hal ini diteliti dan
temuan-nya, yang merupakan hasil analisis yang panjang, adalah contoh kerja
sama yang menakjubkan.
Semut berukuran sedang, yang
bertu-gas membawa daun, menggunakan sis-tem pertahanan yang menarik untuk
melawan jenis lalat musuh. Lalat musuh ini memilih tempat khusus untuk
berte-lur pada kepala se-mut. Tempayak yang menetas dari telur ini akan mema-kan
kepala semut, dan pada akhirnya memenggalnya. Tanpa asistennya yang kecil,
semut pekerja tak berdaya melawan spesies lalat yang selalu siap menyerang ini.
Dalam keadaan normal, semut mampu mengusir lalat yang mencoba mendarat di tubuh
mereka dengan rahang setajam gunting. Namun, ia tak dapat melaku-kannya selagi
membawa daun. Oleh karena itu, ia menaruh semut lain pada daun yang dibawanya
untuk membelanya. Jika diserang, para penjaga kecil ini bertarung melawan
musuh.23
Jalan Raya Atta
Jalan yang digunakan Atta, saat
membawa pulang daun yang me-reka potong, mirip jalan raya mini. Semut yang
merayap perlahan di jalan ini mengumpulkan semua ranting, kerikil kecil,
rumput, dan tumbuhan liar dan menyingkirkannya ke satu sisi. Dengan demikian,
mereka membuat jalan bersih bagi mereka sendiri. Setelah lama bekerja secara
intensif, jalan raya ini menjadi lurus dan mulus, seolah dibangun dengan alat
khusus.
Koloni Atta terdiri atas pekerja
sebesar butir pasir, prajurit yang beberapa kali lipat lebih besar, dan “pelari
maraton” berukuran sedang. Pelari maraton ini berlari membawa potongan daun ke
sarang. Semut-semut ini begitu rajin sehingga, dengan ukuran manusia, setiap
pekerja bagaikan orang yang berlari menempuh jarak satu mil per empat menit
sepanjang 50 km, sambil memanggul 227 kg di bahunya.24
Dalam sarang Atta, ada ruang-ruang
sebesar kepalan tangan sedalam hingga 6 meter. Pekerja mini bisa memindahkan
sekitar 40 ton tanah saat menggali sejumlah besar ruangan dalam sarang mereka
yang besar.25 Pembangunan sarang selama beberapa tahun oleh semut ini memiliki
tingkat kesulitan dan standar profesionalisme tinggi yang setara dengan
pembangunan Tembok Besar Cina oleh manusia.
Inilah bukti bahwa Atta tidak bisa
dipandang sebagai makhluk seder-hana yang biasa. Semut, pekerja sangat keras,
mampu merampungkan tugas rumit yang sulit dilakukan manusia. Sesungguhnya
satu-satunya Pemilik kekuasaan yang bisa memberi mereka keterampilan seperti
ini adalah Allah. Sungguh tidak logis jika kita mengatakan bahwa mereka memperoleh
semua keterampilan ini sendiri dan dengan kemauan sendiri.
Teknik Semut Atta Memotong Daun
Saat semut memotong daun dengan
mandibula (rahang), seluruh tubuhnya bergetar. Para ilmuwan mengamati bahwa
getaran ini mem-buat daun diam, sehingga memudahkan pemotong-an. Pada saat yang
sama, bunyi ini dapat menarik perhatian para pekerja lain — semuanya betina —
ke tempat tersebut untuk me-nyelesaikan memotong seluruh daun.26 Si semut
menggosokkan dua organ kecil pada perutnya untuk menghasilkan getaran ini, yang
bisa didengar manu-sia sebagai bunyi yang sangat lirih. Getaran ini di-kirim
melalui tubuh hingga mencapai mandibula se-mut yang mirip arit. Dengan
menggetarkan bokongnya secara cepat, semut ini memotong daun berbentuk sabit
dengan menggetarkan mandibula, mirip dengan pisau listrik.
Teknik ini memudahkan pemotongan
daun. Namun, diketahui bahwa getaran ini juga memiliki tujuan lain. Seekor
semut yang memotong daun akan menarik semut lain ke tempat yang sama karena
banyak tumbuhan lain di daerah tempat tinggal Atta beracun. Karena menguji
setiap daun oleh masing-masing semut merupakan prosedur yang berisiko tinggi,
mereka selalu pergi ke tempat di mana semut lain telah berhasil merampungkan
tugas mereka.
Semut Penenun
Semut penganyam hidup di pohon, membangun
sarang dari daun. Dengan mengombinasikan daun, mereka mampu membentuk satu
sarang di beberapa pohon, sehingga bisa mendukung populasi yang jauh lebih
besar.
Tahap-tahap pembangunannya menarik.
Pertama, pekerja mencari sendiri-sendiri lokasi di wilayah koloni yang cocok
untuk perluasan. Kalau menemukan batang yang cocok, mereka menyebar ke dedaunan
batang tersebut dan menarik dedaunan itu dari samping. Setelah berhasil
membengkokkan sebagian daun, para pekerja di dekatnya bergerak menghampiri dan
menarik daun itu bersama-sama. Jika daunnya lebih lebar daripada ukuran semut,
atau jika perlu menarik dua daun sekaligus, para pekerja membentuk jembatan
hidup di antara dua titik yang akan disatukan. Setelah itu, sebagian semut
dalam rantai ini menaiki pung-gung semut di sebelahnya, sehingga memendekkan
rantai, dan ujung-ujung daun pun disatukan. Ketika daun sudah berbentuk tenda,
sebagian semut terus memegang daun dengan kaki dan rahang, sementara yang lain
kembali ke sarang lama dan membawa ke situ larva yang dibesarkan secara khusus.
Para pekerja menggosokkan larva maju-mundur pada penyatuan daun, dengan
menggunakan larva sebagai sumber sutra. Dengan sutra yang disekresikan dari
lubang di bawah mulut larva, daun-daun pun menempel di tempat yang diperlukan. Artinya,
larva diguna-kan sebagai mesin jahit.27
Larva ini, yang dibesarkan untuk tali
sutranya, memiliki kelenjar sutra yang lebih besar dari rata-rata, tetapi mudah
dibawa karena ukuran-nya lebih kecil. Larva ini memberikan semua sutranya untuk
kebutuhan koloni, alih-alih menggunakannya sendiri. Alih-alih memproduksi sutra
perlahan-lahan dari kelenjar sutra tersebut, mereka menyekresi sutra da-lam
jumlah besar pada satu saat tertentu, dan bahkan tidak membangun kepompong
sendiri. Selama sisa hidupnya, semut pekerja akan melaku-kan apa-apa yang biasa
dilakukan larva untuk mereka. Kenyataannya, larva ini hidup hanya sebagai
“produsen sutra”.28
Bagaimana semut dapat mengembangkan
kerja sama seperti ini tak bisa dijelaskan oleh para ilmuwan. Hal lain yang tak
dapat dijelaskan adalah bagaimana perilaku ini pertama kali muncul selama masa
evolusi yang diduga orang. Prinsip-prinsip dasar evolusi tidak akan dapat
men-jelaskan bagaimana hal-hal yang begitu canggih dan bermanfaat seperti
halnya fenomena sayap serangga, mata vertebrata, dan mukjizat biologis lainnya
bisa berkembang melalui evolusi dari makhluk hidup pertama. Ini merupakan jalan
buntu bagi para pembela evolusi.
Tentu saja tidak logis kalau kita
mengatakan bahwa pada suatu hari para larva berkumpul dan berkata, “Sebagian di
antara kita harus memproduksi sutra untuk memenuhi kebutuhan seluruh koloni,
jadi mari kita sesuaikan berat dan kelenjar sutra kita untuk itu.” Teori
seperti ini tentu bukan teori yang cerdas. Oleh karena itu, kita harus mengakui
bahwa larva itu diciptakan dengan mengetahui apa yang harus dilakukan. Dengan
kata lain, Allah, yang menciptakan larva ini, membentuk mereka sedemikian
sehingga mereka cocok untuk tugas mereka.
Semut Pemanen
Sebagian semut, seperti yang telah
disebutkan, adalah “petani” kawakan. Di antaranya bisa disebut semut pemanen,
selain Atta yang kita bahas sebelumnya.
Mekanisme pemberian makan di antara
semut pemanen ini cukup canggih dan rumit, jika dibandingkan dengan mekanisme
pemberian makan jenis semut lain. Mereka mengumpulkan benih dan menyim-pannya
dalam ruangan yang disiapkan secara khusus. Benih-benih ini, yang mengandung
karbohidrat, digunakan untuk memproduksi gula yang akan memberi makan larva dan
pekerja lain. Sementara banyak semut menggunakan benih dan biji sebagai
makanan, hanya semut pemanen yang memiliki sistem yang berdasarkan pada
pengumpulan dan pemrosesan benih.
Semut ini mengumpulkan benih pada
musim tumbuh dan menyim-pannya untuk digunakan pada musim kemarau. Di ruangan
khusus dalam sarang, mereka menyortir benih dari benda-benda lain yang keliru
dibawa pulang. Beberapa kelompok semut tinggal dalam sarang jam demi jam,
mengunyah isi benih sehingga menghasilkan sesuatu yang disebut roti semut. Dulu
diduga bahwa semut menggunakan proses, yang di-pelajari melalui pengalaman,
untuk mengubah karbohidrat benih menjadi gula yang akan mereka makan. Kini
diketahui bahwa air liur melimpah yang mereka sekresikan selagi mengunyah
inilah yang melaksanakan pengubahan ini.29
Semut yang kita bahas di sini tentu
saja belum pernah dididik tentang ilmu kimia. Mereka pun tak mungkin tahu bahwa
air liur mereka akan mengubah benih yang mereka kumpulkan secara acak menjadi
gula yang dapat mereka makan. Namun, kehidupan semut ini bergantung pada
serangkaian perubahan kimiawi yang tak mereka ketahui dan tak mungkin bisa
mereka ketahui. Kalau manusia pun tidak tahu proses perubahan yang terjadi
dalam tubuh semut ini — dan baru memahami perinciannya dalam beberapa tahun
terakhir — bagaimana semut bisa makan melalui metode ini selama beribu-ribu
tahun?
Semut Madu
Banyak jenis semut yang diberi makan
de-ngan buangan pencerna-an aphid (serangga daun) yang disebut “madu”. Zat ini
sebenarnya tidak berkaitan dengan madu biasa. Akan tetapi, bu-angan pencernaan
kutu ini — yang memakan getah tumbuhan — dina-mai demikian karena mengandung
gula dalam kadar tinggi. Jadi, para pekerja spesies ini, disebut semut madu,
mengumpulkan madu dari kutu, biji (coccidae), dan bunga. Metode semut
mengumpulkan dari kutu sangat menarik. Si semut mendekati kutu dan mulai
mendorong perutnya. Kutu memberikan setetes buangan kepada semut. Semut mulai
mendorong perut kutu lagi untuk mendapat madu lebih banyak, lalu menyedot
cairan yang keluar. Lalu bagaimana mereka memanfaatkan makanan bergula ini, dan
apa manfaat makanan ini bagi mereka kemudian?
Ada pembagian kerja yang hebat di
antara semut madu pada fase ini. Sebagian semut digunakan sebagai “guci” untuk
menampung nektar yang dikumpulkan para pekerja lain!…
Dalam setiap sarang terdapat satu
ratu, para pekerja, dan juga para penampung madu. Koloni semut jenis ini
biasanya terletak di dekat pohon ek kerdil, yang dapat diambil nektarnya oleh
para pekerja. Pekerja menelan nektar itu dan membawanya ke sarang. Nektar itu
lalu ia keluarkan dari mulutnya dan ia tuangkan ke mulut pekerja muda yang akan
menampung madu ini. Pekerja muda ini, yang dinamai pot madu, menggunakan tubuh
mereka sendiri untuk menyimpan makanan cair manis yang sering diperlukan koloni
untuk melewati masa sulit di gurun pasir. Mereka diberi makanan hingga
membengkak sampai sebesar bluberi. Lalu mereka bergantungan di langit-langit
ruangan seperti bola kuning, sampai mereka dipanggil untuk memuntahkan nektar
itu untuk saudaranya yang lapar.30 Selagi menempel pada langit-langit, mereka
mirip dengan kelompok anggur kecil dan tembus cahaya. Jika mereka jatuh, para
pekerja langsung mengem-balikannya ke posisi semula. Madu dalam pot madu beratnya
hampir 8 kali lipat berat si semut.
Pada musim dingin atau musim kemarau,
pekerja-biasa mengunjungi pot madu untuk memenuhi kebutuhan makanan
sehari-hari. Semut pekerja menempelkan mulutnya pada mulut si “pot”, yang
mengeluarkan setetes madu dari tempat penyimpanannya de-ngan mengerutkan otot.
Pekerja memakan madu yang bernilai gizi tinggi ini sebagai makanan pada musim
sulit.
Sungguh menarik dan menakjub-kan
bahwa ada makhluk hidup yang berat tubuhnya mencapai 8 kali lipat beratnya
sendiri, setelah memutuskan untuk menjadi pot madu, dan mampu hidup bergantung
pada kakinya tanpa cedera. Mengapa mereka merasa perlu menerima tugas yang
begitu sulit dan berbahaya? Apakah mereka memikir-kan sendiri teknik
penyimpanan yang unik ini, dan mengendalikan perkembangan tubuh mereka sesuai
dengan itu? Pikirkan saja, semen-tara manusia tak bisa mengendalikan
perkembangan sekecil apa pun pada tubuhnya, bagaimana bisa semut, yang tak
memiliki otak dalam arti sebenarnya, melakukan ini sendiri?
Semut madu menampilkan perilaku yang
tak dapat dijelaskan teori evolusi. Sangat tidak masuk akal mempertahankan
bahwa mereka mengembangkan metode penyimpanan madu dan organ yang
dibutuh-kannya secara kebetulan. Malah, dalam sumber-sumber ilmiah, kita
ba-nyak menemukan pernyataan realistis mengenai hal ini dan topik-topik serupa.
Misalnya saja, ambil penjelasan Prof. Etienne Rabaud, Direktur Institut Biologi
dari Universitas Paris:
Contoh-contoh ini (misalnya semut
madu) menunjukkan dengan jelas bahwa tidak mungkin berbagai organ berkembang
untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu makhluk hidup, meskipun wujud mereka
sebelumnya telah menimbulkan perilaku dan tugas tertentu yang dilaksanakan dan
kadang tidak. Ini menunjukkan bahwa organ tidak berkembang dari penyesuaian
diri makhluk hidup dengan kondisi hidupnya. Sebaliknya, kondisi hidup muncul
dari wujud semula organ tersebut dan dari fungsi-fungsi yang telah kita lihat.
Pertanyaan berikut bisa ditanyakan seperti pernah ditanyakan Darwin: Apakah
peristiwa membersihkan, menyiangi individu yang sudah tak mampu hidup, atau
adaptasi organ menuruti kondisi baru, terjadi dalam evolusi ini? Menurut kami,
peristiwa itu mem-buktikan bahwa evolusi seperti ini, atau perubahan seperti
ini, tidak terjadi. Malah, yang terjadi adalah fenomena yang sama sekali
berbeda.31
Penjelasan Profesor Rabaud ini
menunjukkan dengan jelas kesim-pulan yang dapat dicapai oleh siapa saja yang
berpikir dengan hati nuraninya sejenak. Satu-satunya Pencipta yang merupakan
sumber sejati pengetahuan dan kecerdasan telah menciptakan segala makhluk hidup
dengan organ dan perilaku yang sempurna. Kebenaran ini telah di-ungkapkan dalam
Al Quran sebagai berikut:
“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang
Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih
kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana.” (QS. Al Hasyr, 59: 24) !
Semut Kayu
Semut kayu terkenal dengan bukit yang
mereka bangun dari daun cemara dan cabang tipis di atas sarang bawah tanah mereka.
Sarang ini biasanya ditemukan di sekitar batang pohon. Bagian sarang yang di
atas tanah, terbuat dari ranting, tangkai daun, dan daun cemara, adalah atap
sarang. Atap ini, yang mencapai dua tinggi meter, mencegah peresapan air hujan
ke dalam dan mengatur suhu sarang dalam cuaca yang sangat panas atau sangat
dingin.32
Semut kayu, seperti semut lain, juga
rajin bekerja. Mereka selalu saja menghias ulang sarang. Mereka memindahkan
lapisan permukaan semula ke lapisan bawah secara bertahap dan mereka menaikkan
material dari lapisan bawah untuk mengganti lapisan atas. Ada pengamatan
menarik tentang perubahan yang dibuat semut pada sarang. Cat biru disemprotkan
ke puncak bukit sarang dan empat hari kemudian diamati bahwa puncak bukit sudah
kembali coklat. Partikel biru ditemukan 8-10 cm di bawah permukaan. Dalam
sebulan partikel ini turun hingga kedalaman 40 cm. Selanjutnya, partikel ini
mencapai lagi permukaan.
Nah, apakah semut melakukan proses
pemindahan sinambung ini hanya untuk iseng? Tidak. Para peneliti menjelaskan
mengapa semut kayu melakukan tindakan terus-menerus ini: Gerakan terus-menerus
ini mengeringkan zat lembap di dalam lapisan permukaan dan mencegah
terbentuknya jamur. Kalau tidak, sarang semut ini akan dihuni jamur yang
berbahaya.
Dalam situasi seperti ini ada dua
kemungkinan. Salah satunya adalah zaman dulu sekali, dengan penelitian sendiri,
semut menemukan fakta bahwa jamur berkembang dalam lingkungan lembap (sesuatu
yang ditemukan manusia sebagai hasil penelitian ilmiah jangka panjang), dan mengembangkan
metode paling rasional untuk melenyapkan masalah ini! Kemungkinan lain adalah
pemikiran dan penerapan proses yang sempurna ini hanya mungkin melalui ilham
oleh kecerdasan yang lebih tinggi. Kasus pertama jelas mustahil. Dia yang telah
mengilhami semut untuk melindungi diri mereka dari jamur dan menunjukkan
caranya tentu saja adalah Allah yang Mahakuasa.
Pelbagai Metode Reproduksi Semut Kayu
Para pejantan dan ratu semut kayu
bersayap. Namun, mereka tidak melakukan penerbangan kawin seperti spesies semut
kecil lain. Perkawinan dilakukan di permukaan sarang atau tempat lain yang
dekat. Setelah kawin, ratu mencabut sayapnya dan melakukan salah satu dari tiga
hal berikut:
(1) Ia kembali ke sarang tempatnya
semula hidup sebagai larva dan meninggalkan telurnya di sana.
(2) Kadang ia meninggalkan sarang
dengan diangkut para pekerja, mencari tempat baru untuk membangun sarang.
(3) Jika pergi sendiri, ia memasuki
sarang semut lebih kecil dari spesies yang berhubungan, misalnya semut hitam
Formica Fusca, dan menggantikan ratu di sana. Ratu meninggalkan telurnya untuk
dirawat para pekerja F. Fusca di sana. Untuk beberapa lama, di sarang terdapat
pekerja tamu dan pekerja tuan rumah. Namun, karena tuan rumah tak punya ratu,
lambat laun para pekerjanya mati dan ratu kayu memperoleh sarang jadi tanpa
perlu melakukan apa-apa.33
Dalam taktik semut kayu ratu yang
dibahas pada bagian 3, diamati adanya kesadaran yang jernih. Namun, jelas
kesadaran itu tak mungkin dimiliki semut itu sendiri. Semut ratu belum pernah
melihat tempat lain selain beberapa meter persegi dalam sarangnya. Dia masuk ke
dalam koloni yang belum pernah ia lihat atau ketahui sebelumnya, dan ia tahu
siapa yang harus ia singkirkan dalam koloni tersebut. Ia melakukan hal ini
dengan mengatasi segala rintangan. Semua faktor ini membuktikan tanpa ragu lagi
bahwa semut ratu ini bertindak menuruti ilham. Fenomena yang disebut di atas
adalah bukti jelas akan kekuasaan dan kekuatan Allah atas segala makhluk hidup.
Semut Legiun
Salah satu hewan yang paling ditakuti
di hutan adalah semut legiun. Komunitas semut ini dinamai “pasukan” karena
tindakan mereka me-miliki disiplin militer sejati.
Semut legiun adalah hewan karnivora.
Mereka melahap segala sesuatu yang terlihat. Setiap semut panjangnya 6-12
milimeter, tetapi jumlah mereka yang besar dan disiplin mereka mengimbangi
keku-rangan mereka dari segi ukuran.
Sinar matahari langsung dapat
membunuh semut legiun dalam wak-tu singkat. Oleh karena itu, mereka berjalan di
malam hari atau dalam bayang-bayang. Karena peka cahaya, mereka menggali
terowongan pan-jang saat bergerak maju. Sebagian besar semut berlari dalam
terowongan ini tanpa keluar. Hal ini tidak mengurangi kecepatan mereka, karena
mereka dapat menggali terowongan sangat cepat dengan rahang mereka yang kuat.
Karenanya, mereka lari secara cepat dan rahasia. Semut legiun bergerak sebagai
pasukan yang sangat besar, melintasi segala hambatan kecuali api dan air,
meskipun mereka buta sama sekali.34
Semut legiun mengoyak mangsanya di
tempat mereka bertemu, dan membawa potongan mangsa kecil-kecil ke sarang
sementara. Makanan yang dibutuhkan koloni semut legiun cukup banyak. Kebutuhan
sehari-hari koloni ukuran sedang, yang terdiri atas 80.000 semut dewasa dan
30.000 larva, kira-kira sekitar 2,27 liter makanan produk hewan.35
Karena tidak memiliki sarang tetap,
semut legiun selalu berpindah-pindah. Gerakan dan migrasi koloni bergantung
pada daur produksi telur. Ratu menghasilkan sekitar 25-35.000 telur selama dua
hari setiap bulan. Beberapa hari sebelum bertelur, koloni berhenti dan
berkumpul di daerah luas. Semut saling bergantungan dengan kaki yang berbentuk
kait dan membentuk sarang sementara. Ruang kosong di tengah meru-pakan ruangan,
yang siap untuk didiami ratu dan generasi baru. Wajarnya, kaki dan sendi semut
di puncak harus menerima beban berlebihan. Namun, karena tubuh mereka dibentuk
mampu dibebani berat beberapa ratus kali dari berat mereka sendiri, mereka dapat
menahan seluruh koloni tanpa masalah.36
Guna berburu seefisien mungkin, semut
menye-suaikan gerakan mereka dengan kebutuhan anak-anak semut yang sedang
berkembang, berganti-ganti antara fase menetap dan berpindah-pindah. Pada masa
istira-hat sekitar 20 hari, ratu yang gemuk dan tidak dapat bergerak
menghasilkan 50.000 hingga 100.000 telur sementara anak-anak lain berada dalam
tahap kepom-pong yang diam. Sebagian besar hari dilewatkan para pekerja mencari
makanan untuk mereka sendiri dan ratu, melakukan serangan singkat dari sarang
dengan pola seperti mawar. Pada setiap serangan mereka mengubah arah sebesar
rata-rata 123 derajat, sehingga menghindari menyisir lahan yang sama.37
Semut bisa tidak keliru menghitung
123 derajat, sesuatu yang tak dapat dihitung manusia tanpa alat. Ini seolah
menunjukkan pengetahuan matematika yang teliti. Namun, semut tidak mengenal
matema-tika, berhitung pun tak dapat. Ini menunjukkan bahwa tindakan mereka
dilakukan menurut ilham istimewa, dan tidak secara sadar.
Saat larva pertama menetas, para
pekerja me-ngumpulkan makanan sementara komunitas tetap di tempat. Potongan
makanan langsung diberikan ke-pada larva. Siapnya ratu bertelur lagi biasanya
ber-samaan dengan transisi larva sebelumnya ke tahap kepompong. Pada tahap ini komunitas
berhenti lagi. Serempaknya waktu bertelur ratu dan pindahnya larva ke tahap
pupa menunjukkan perencanaan secara sadar karena ini mengurangi waktu
berhentinya pasukan.
Perkembangan larva mendorong semut
yang lebih tua untuk memulai daur migrasi baru. Inilah cara kerjanya: larva
menghasilkan sekresi ketika dijilat dan dibersihkan para pekerja. Penelitian
menunjukkan bahwa cairan ini efektif dalam keputusan untuk bermigrasi.38
Tidak logis kalau kita mengklaim
bahwa larva, yang menjadi semut pun belum, sudah terpikir untuk menyekresi
cairan itu dan mengarahkan seluruh koloni untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Satu-satunya hal yang dapat ditangkap pengamat yang pandai adalah keberadaan
Sang Pencipta tertinggi, serta informasi dan kekuasaan-Nya di sekeliling kita.
Semut Beludru
Semut beludru yang hidup di gurun
pasir memiliki tubuh berbulu banyak. Bulu alami mereka merupakan lapisan yang
mengisolasi panas. Ia menyimpan panas selama malam-malam dingin di gurun pasir,
dan melindungi diri dari panas di siang hari. Karena bersayap, semut beludru
jantan bisa menghindari panasnya pasir dengan terbang. Akan tetapi, semut
beludru betina harus berjalan di pasir yang panas karena tak punya sayap.
Mereka memerlukan bulu ini agar terlindung dari panas yang berasal dari tanah
maupun dari matahari.
Lalu, bagaimana menjelaskan adanya
serangga yang memiliki “bulu” untuk melindungi diri dari kondisi cuaca yang
berbahaya? Mustahil kita mengklaim bahwa hewan memperolehnya dengan beradaptasi
dengan alam sebagai proses evolusi, karena ini menimbulkan banyak pertanyaan
yang tetap tidak terjawab: Apakah semut beludru betina mati karena suhu tinggi
sebelum memiliki bulu ini? Jika memang demikian, bagaimana mereka bisa menunggu
selama beberapa generasi agar memperoleh bulu “secara kebetulan”? Melalui
kebetulan macam apa mereka mendapatkan tubuh ini?
Pertanyaan ini tentu saja tak
berjawab, karena serangga ini mustahil memperoleh “bulu” yang melindungi mereka
dari panas melalui meka-nisme yang terus diajukan evolusionis. Semut tak dapat
hidup tanpa bulu ini dan mereka tidak punya waktu untuk menunggu mutasi yang
jarang sekali terjadi — yang semuanya berbahaya. Jelas bahwa hewan ini telah
dirancang sejak awal untuk bertahan dalam iklim yang mereka tinggali.
Semut beludru betina mencari sarang
serangga atau sarang lebah jenis apa pun, yang dapat mereka gunakan setelah
meninggalkan tempat mereka kawin. Jika sudah menemukannya, mereka memasuki
sarang. Mereka diperlengkapi dengan cara menangkis upaya pengusiran. Pada
akhirnya mereka terus tinggal dalam sarang, karena semut beludru memiliki kaki
kuat dan perisai yang memungkinkan mereka masuk ke sarang lebah sekalipun.
Cangkang luar mereka sangat tebal dan keras. Para ahli zoologi mengatakan bahwa
mereka mengalami kesulitan untuk menusuk dada semut beludru dengan jarum
baja.39
Setelah masuk, semut ratu beludru
yang memiliki segala macam ke-lengkapan untuk tinggal dalam sarang lebah, mulai
memakan simpanan madu. Selain itu, ia meninggalkan telurnya dalam sel pupa atau
kepompong lebah. Larva semut yang menetas memakan pupa inangnya, dan kelak
menjadi pupa juga. Lebah meninggalkan sarang pada akhir musim panas. Semut
beludru melewatkan musim dingin dalam sarang ini sebagai pupa. Menurut satu
catatan, ada sarang lebah yang berisi 76 semut beludru dan hanya dua ekor
lebah.40 Contoh ini menunjukkan betapa semut beludru betina efektif dan
berhasil dalam menangani lebah betina. Dengan menggunakan taktik halus, semut
ratu beludru menduduki sarang dari dalam dan merebut kendali sarang itu.
Yang patut dicatat adalah bahwa semut
beludru sangat mengenal lebah, dan lebih lagi, tahu betul cara mengelabuhinya.
Jadi, mungkinkah ada sosok selain sang Pencipta lebah Yang mengilhami si ratu
dengan ciri-ciri fisik, gaya hidup, dan struktur sarang seperti lebah? Satu-satunya
penjelasan logis adalah menerima keberadaan Pencipta tunggal yang telah
menciptakan semut, lebah, dan, sesung-guhnya, segala makhluk hidup.
Semut Api
Semut api adalah se-rangga merah
berukuran kecil. Namun, mereka mampu me-lakukan hal-hal besar. Ratu semut jenis
ini, yang memiliki 20 varietas di Amerika saja, dapat memproduksi hingga 5.000
telur sehari. Sementara banyak koloni spesies semut memiliki beberapa ratus
pekerja, koloni spesies ini memiliki sekitar setengah juta pekerja. Satu ratu
semut api yang sudah kawin dapat memproduksi sebuah koloni dengan 240.000
pekerja.41
Pekerja semut api menyerang mangsa
dengan sangat agresif meng-gunakan jarum beracun. Telah diamati bahwa semut api
muda dapat mencederai atau bahkan membunuh reptil atau bayi menjangan. Selain
itu, semut agresif ini dapat memadamkan listrik dengan merusak kabel. Pernah
mereka menyerang Amerika Selatan dan mengakibatkan keru-sakan yang mengerikan.
Jurnal dan majalah tahun itu menginformasikan bahwa semut-semut ini mengunyah
putus kabel listrik sehingga listrik padam, menggagalkan panen senilai miliaran
dolar, meruntuhkan jalan tol dan menyengat manusia, mengakibatkan shock alergi
yang melum-puhkan. Mereka melakukan semua ini dengan rahang mereka yang kuat.
Mereka bahkan menggali terowongan di bawah jalan menyebabkan jalan dan jalan
tol runtuh, juga kerusakan lain di lingkungan.
Perlindungan dari Kuman
Para ahli Amerika telah mencoba
berbagai cara untuk mencegah kerusakan karena semut api. Mereka mencoba
menyebarkan penyakit menular dalam koloni dengan menyuntikkan kuman ke dalam
lalat yang dimakan semut. Namun, secara menakjubkan, diamati bahwa lalat
ber-kuman itu sama sekali tidak mencederai semut. Dalam analisis di-temukan
bahwa semut memiliki salah satu sistem pertahanan yang paling menarik di dunia
makhluk hidup: struktur di dalam leher yang melindungi mereka dari kuman….
Berkat struktur ini, bakteri di dalam makanan apa pun yang dimakan semut
tertahan di leher dan tidak dapat memasuki tubuh.
Namun, bukan itu saja sistem
perlindungan semut api sebagai produk kecerdasan tertinggi. Mereka juga
menyemprotkan cairan antimikroba yang diproduksi dalam kantung racun mereka di
sekitar sarang dan pada larva. Dengan demikian, sarang dan larva menjadi sama
sekali bebas kuman.42
Walau dilengkapi sistem pertahanan
luar biasa, semut-semut ini jelas tidak menyadarinya. Dapatkah manusia yang
berhati nurani mengklaim bahwa sistem semacam ini berevolusi secara kebetulan?
Juga tak dapat diklaim bahwa semut menemukan sendiri sistem ini. Lalu siapa
yang menempatkan saringan dalam leher semut? Siapa yang mengilhami mereka
memproduksi cairan antimikroba? Tak diragukan lagi, Yang Menciptakan ciri-ciri,
yang tak dapat diciptakan manusia, semut, dan keberuntungan acak, adalah Allah
yang Mahatahu.
Semut Pekerja Keras
Semut api spesialis pertahanan juga
rajin dan punya keterampilan tinggi. Mereka dapat membangun bukit setinggi 30
cm dan selebar 60 cm, atau menggali terowongan labirin hingga sedalam 1,5 m di
bawah tanah. Di wilayah-wilayah tertentu, semut api membangun bukit-bukit kecil
hingga lebih dari 350 buah. Kemampuan makhluk sekecil itu mem-bangun sarang
sebesar itu tentu bergantung pada kerajinannya. Jadi, apakah kekuatan yang
menjadikan semut sebagai salah satu makhluk hidup terajin di dunia? Sangat
menakjubkan bahwa mereka bekerja sepanjang hari tanpa berhenti atau
beristirahat, dan membangun sarang yang tersebar di wilayah yang luas. Tak satu
pun berkata, “Aku bekerja terlalu keras hari ini, biarkan aku beristirahat sebentar,”
atau “Aku tak mau bekerja hari ini. Biarkan aku duduk di pojok saja.” Inilah
topik yang harus direnungkan dengan seksama. Jangan dilupakan bahwa manusia
adakalanya menyerah karena lelah, bahkan saat mereka tahu mereka harus
menyelesaikan tugas, dan adakalanya mereka tidak memaksakan diri karena mereka
lelah atau merasa malas. Namun, semut menun-jukkan kemauan dan upaya besar
untuk merampungkan tugas yang mereka mulai hingga berhasil. Dia yang memberi
semut kemauan dan tekad ini, yang lebih kuat daripada manusia, tentu saja
adalah satu-satunya penguasa segala sesuatu: Allah.
Penguasa Taktik yang Dapat Menembus
Sistem Pertahanan
Musuh semut api yang paling
menyeramkan adalah Solenopsis davgeri, suatu spesies semut parasit. Jadi,
makhluk hidup yang dapat menembus sistem pertahanan bertingkat mereka, yang
bahkan sulit dipahami manusia, adalah spesies semut lain. Tak diketahui
bagaimana semut parasit ini dapat menyusup ke dalam sarang semut api. Namun,
begitu mereka masuk, semut parasit langsung menyerang ratu dan bergantung pada
antena, kaki, atau lehernya. Karena semut pekerja biasanya harus menghancurkan
setiap penyerang, fakta bahwa mereka tidak melakukan apa-apa pada makhluk yang
satu ini sulit dijelaskan. Namun ada jawaban sederhana. Saat menempel pada
leher ratu, si parasit meniru feromon ratu. Selanjutnya, para pekerja bersusah
payah memberi makan parasit yang telah menundukkan ratu mereka.. Ratu mereka
mati, sedang mereka mengira telah memberinya makan.43
Semut Gurun
Sebagian besar makhluk hidup mustahil
hidup di dalam pasir membara bersuhu 65O C, termasuk manusia. Namun, ada semut
yang dapat terus hidup pada suhu ini. Nah, bagaimana Namib ocymyrmex, yang
merupakan semut gurun hitam berukuran sedang dan berkaki panjang, hidup dalam
panas tinggi ini?
Bagi semut Namib, hari biasa di gurun
tidak dimulai pada satu waktu tertentu. Yang memulai hari-hari adalah suhu
permukaan pasir standar setelah mencapai 30O C. Tepat pada suhu ini semut mulai
keluar dari sarang bawah tanah untuk mencari makanan. Karena tubuh mereka
sangat dingin, mereka tak dapat bergerak lurus dan berjalan terseok-seok.
Namun, ketika suhu meningkat, semakin banyak semut keluar dan mereka mulai
bergerak lebih lurus dan cepat. Lalu lintas tertinggi keluar-masuk sarang
adalah pada suhu 52,2O C. Ketika suhu melebihi ini, gerakan terus berlanjut,
tetapi ketika suhu mencapai 67,8O C, lalu lintas berhenti. Suhu ini dicapai
sekitar sejam sebelum tengah hari. Ketika suhu mulai turun pada sore hari,
pencarian makanan dimulai lagi dan berlanjut sehingga suhu permukaan jatuh
hingga 30O C.
Semut mungkin mencari makanan sekitar
enam hari jauhnya dari sarang tanpa dimangsa hewan apa pun. Pada masa ini
mereka membawa pulang makanan yang beratnya 15-20 kali lipat berat mereka
sendiri.
Semut, yang tak bisa pulang ke sarang
ketika suhu di padang pasir sangat tinggi, menggunakan metode yang cukup
menarik untuk ber-lindung dari panas. Suhu udara menurun jika jarak semakin
jauh ke atas pasir. Misalnya jika suhu pasir 67,8O C, suhu udara sedikit di
atasnya adalah 55O C. Jadi, jika suhu permukaan pasir di atas 52,2O C, semut
mendaki benda seperti tumbuhan dan berdiam di situ sementara untuk mendingin.
Suhu tubuh semut yang kecil bisa cepat turun hingga mencapai suhu sekitar.
Dalam batang pohon, suhu bervariasi antara 30 hingga 38,3O C. Jeda pendinginan
ini memungkinkan semut mencari makanan dalam panas membara, meskipun
terputus-putus.
Pada suhu tinggi, jika tidak dapat
menemukan tempat dingin dalam beberapa detik, semut akan mati kepanasan. Malah,
jika suhu pasir di atas 52,2O C, mereka mengambil resiko setiap kali
meninggalkan sarang. Lalu, bagaimana semut gurun melepaskan dari kematian tak
terhin-darkan ini? Karena mereka tidak mengukur suhu dengan termometer, kita
dapat berkata bahwa mereka tercipta dengan mengetahui apa harus dilakukan pada
suhu apa dan mengetahui hal-hal ini sejak pertama kali mereka meninggalkan
sarang.
Ya, semut gurun telah diciptakan dan
dilengkapi dengan kemam-puan khusus untuk hidup di gurun. Allah, yang telah
menciptakan rahang tajam untuk semut pemotong daun, telah mengilhami semut
gurun dengan pengetahuan cara melindungi diri.
Picture Text
Akibat simbiosis antara semut
pemotong daun dan jamur, semut memperoleh protein yang mereka butuhkan untuk
gizi dari tunas jamur yang mereka tanam di daun. Di atas terlihat kebun jamur
yang dirawat semut.
1) Di dalam sarang, pekerja yang
lebih kecil memotong daun kecil-kecil.
2) Kasta berikut mengunyah potongan
ini menjadi pulp dan memupuknya dengan simpanan cairan feses yang kaya enzim.
3) Semut-semut lain menyediakan pasta
daun subur di atas lapisan daun kering di ruang baru.
4) Kasta lain mengangkut potongan
jamur dari ruang lama dan menanamnya dalam pasta daun. Potongan jamur dioleskan
pada pasta daun seperti lapisan gula kue.
5)
Kasta kerdil berkerumun membersihkan dan menyiangi kebun,
lalu memanen jamur untuk dimakan semut lain.21
Dalam gambar di bawah, seekor Atta,
ditemani penjaganya yang berukuran kecil, membawa selembar daun.
Semut dalam gambar ini membawa seekor
semut kecil di atas daun yang dibawanya. Alasan di balik ini adalah agar ia
dilindungi dari musuh yang mungkin menyerang
Selagi membawa daun yang mereka
potong, Atta membersihkan jalan yang mereka gunakan dari segala macam potongan
ranting, kerikil, dan sisa rumput. Jadi, mereka menyiapkan semacam “jalan raya”
bagi diri mereka sendiri.
Fase-fase pembangunan sarang oleh
semut penenun… Dalam fase pertama, si semut memilih daun yang tepat pada pohon
yang mereka ingin jadikan tempat membangun sarang, dan menyatukannya dengan
menarik dari dua sisi. Kemudian, mereka membawa larva produsen sutra, seperti
yang ditunjukkan di bawah, dan menjahit daunnya menjadi satu dengan menggunakan
larva tersebut sebagai mesin jahit.
Sarang daun yang disiapkan untuk
memenuhi semua persyaratan.
Semut pemanen membawa benih
berkarbohidrat ke ruangan khusus dan mengubahnya menjadi bentuk yang digunakan
sebagai gizi bagi pekerja.
Di ruang-ruang dalam gambar di atas,
benih yang akan digunakan pada musim kemarau disimpan oleh semut panen.
Seperti yang diperlihatkan pada
gambar di atas, pot madu yang telah membengkak karena menyimpan makanan ini
bentuknya mirip seperti anggur.
Dalam gambar ditunjukkan sebuah
sarang semut kayu. Tinggi sarang yang dibangun semut kayu dari daun cemara dan
ranting dapat mencapai kira-kira dua meter.
Semut kayu dipersenjatai dengan baik
untuk perang. Saat berhadapan dengan bahaya, semut kayu membengkokkan bagian
bawah perutnya dari antara kakinya dan menyemprotkan asam format kepada
musuhnya. Atau, saat bertarung, ia menggigit musuhnya dengan dagunya yang tajam
dan menyuntikkan asam dalam luka tersebut. Dengan keunikan ini, hewan ini
bertindak seperti senjata kimiawi.
Bahwa semut dapat memproduksi asam
format dalam tubuhnya tanpa membahayakan dirinya sendiri dan berhasil
menggunakannya dalam cara terbaik adalah, tak diragukan lagi, petunjuk adanya
rancangan sempurna.
Semut legiun yang telah membentuk
sarang sementara dengan saling bergantung pada kaki.
Dengan saling berkaitan, semut
pasukan menciptakan sarang hidup. Karena senantiasa bergerak, koloni semut
pasukan tidak membuat rumah permanen di tanah atau pohon. Akan tetapi, setiap
malam pekerja berkumpul untuk membuat naungan dari tubuh mereka sendiri. Pertama,
beberapa ekor semut memilih benda di dekat tanah, misalnya batang, lalu
bergantung dari benda itu dengan saling berkaitan cakar. Semut lain tiba,
berlari menuruni untaian, dan mengaitkan cakar sampai untaian menjadi tali yang
dapat bergabung menjadi kumpulan selebar satu meter yang disebut bivak; rumah
mereka merupakan seluruh koloni dari 200.000 hingga 750.000 individu. Di
tengah-tengah sang ratu beristirahat bersama anak-anaknya. Pada pagi hari semut
mulai melepaskan kaitan untuk keluar dan mencari mangsa.
Gambar ini memperlihatkan dua semut
beludru dari dua macam spesies. Hal yang sama dari semut beludru adalah mereka
memiliki “bulu” untuk melindungi mereka dari panasnya lingkungan yang mereka
tinggali.
BAB 4
SIMBIOSIS
Ada logika mendasar yang dapat
digunakan untuk menganalisis bukti-bukti penciptaan makhluk hidup. Logika ini
dapat di-jelaskan dengan contoh sederhana.
Misalkan Anda sedang berjalan di
tanah tandus. Tiba-tiba Anda menemukan anak kunci logam di tanah. Anda memungut
kunci itu tanpa tahu kegunaannya dan terus berjalan. Tak lama kemudian, Anda
menemukan rumah kosong beberapa ratus meter dari tempat Anda menemukan anak
kunci, lalu Anda mencoba membuka gembok rumah itu dengan anak kunci yang Anda
temukan, barangkali saja cocok.
Jika anak kunci tersebut dapat
membuka pintu dengan mudah, kesimpulan apa yang dapat Anda tarik?
Tentu saja sederhana. Anda menarik
kesimpulan bahwa anak kunci tersebut adalah pasangan gembok pintu rumah itu.
Artinya, anak kunci yang Anda temukan telah dirancang secara khusus untuk
membuka gembok itu. Tidak sulit ditebak bahwa tukang yang samalah yang membuat
gembok beserta kuncinya itu. Jadi, kunci itu sesuai dengan gemboknya karena
memang telah dirancang untuk bersesuaian.
Akan tetapi, kalau ada orang berkata,
“Anda salah. Anak kunci yang Anda temukan sama sekali tidak ada hubungannya
dengan gembok itu. Kebetulan saja mereka cocok. Menurut Anda bagaimana?” Tentu
Anda menganggap pendapatnya tidak masuk akal, karena ada jutaan gembok dan
jutaan anak kunci di dunia ini yang tidak cocok satu sama lain. Dari jutaan
anak kunci dan gembok yang berbeda-beda, hampir mustahil ada gembok dan kunci
yang benar-benar cocok, yang terletak berdekatan tanpa sengaja.
Apalagi seandainya anak kunci itu
cukup rumit, banyak tonjolan dan lekukannya, artinya bukan lurus dan sederhana
seperti kunci kamar. Kemungkinan “kebetulan” semakin tidak masuk akal, karena
semua detail lekukan dan tonjolan anak kunci harus juga ada pada gembok,
sehingga kemungkinan terjadinya “kebetulan” ini hanya sepersekian juta kali.
Jika pada satu pintu ada tiga gembok,
dan Anda menemukan bukan hanya satu, melainkan tiga anak kunci yang terletak
berdekatan, akankah Anda mempercayai pendapat bahwa anak-anak kunci ini
hanyalah kepingan logam yang kebetulan saja cocok dengan gembok-gembok itu?
Selain itu, Anda mungkin menganggap orang yang berpendapat seperti itu punya
masalah kejiwaan atau mencoba menyembunyikan sesuatu.
Contoh di atas menyampaikan pesan
yang sederhana, namun sangat berarti. Jika ada dua benda yang benar-benar
cocok, yakni semua detail pada kedua benda ini serasi dan selaras, pasti ada
kesengajaan dalam proses perancangannya. Anak kunci cocok dengan gembok karena
sengaja dirancang oleh seorang tukang yang ahli. Kaset video dapat dimasukkan
dan digunakan dalam pemutar video karena memang telah dirancang dengan tujuan
itu.
Berdasarkan penjelasan di atas, kita
dapat sampai pada kesimpulan di bawah ini. Jika terdapat keselarasan antara dua
makhluk hidup yang ditunjukkan dengan adanya kesesuaian antara organ-organ
tubuhnya, dapat dikatakan bahwa keselarasan ini adalah bukti proses penciptaan
secara sadar dan terencana. Keselarasan yang ada menunjukkan bahwa proses
penciptaan ini dilakukan secara sadar dan tidak terjadi secara kebetulan.
Selain itu, karena kesadaran dan rencana ini bukan berasal dari hewan-hewan itu
sendiri, keberadaan Sang Pencipta yang “merancang” makhluk-makhluk ini secara
sadar tidak dapat dipungkiri lagi.
Sekarang kita dapat kembali memasuki
dunia semut, menggunakan logika dasar ini. Topik dalam bab ini adalah beberapa
makhluk hidup yang hidup selaras bersama semut.
Hewan yang Hidup Bersama Semut
Sejak lebih dari seabad yang lalu
diketahui bahwa sejumlah spesies serangga hidup bersimbiosis dengan semut. Sebagian
besar dari spesies ini merampok makanan dari koloni semut, sementara sebagian
lainnya menggantungkan sebagian atau seluruh hidupnya pada koloni semut.
Spesies yang hidup sebagai parasit termasuk berbagai serangga, misalnya
kumbang, kutu, lalat, dan tawon.
Sebagian parasit ini hidup di sarang
semut dan menarik keuntungan dari kehidupan sosial semut. Dalam beberapa kasus,
semut tidak ber-keberatan meskipun serangga larva dan telurnya dimakan parasit
ini. Bahkan, serangga ini tidak hanya diperbolehkan memasuki sarang, larva
mereka juga diberi makan dan dibesarkan sebagaimana layaknya larva semut.
Mengapa semut membiarkan saja
tindakan agresif dari serangga parasit? Dan bagaimana mungkin serangga ini
dapat tinggal di sarang semut yang telah memiliki sistem pertahanan yang hebat
selama bertahun-tahun? Mari kita analisis fenomena yang menarik ini.
Sebagaimana diketahui, dalam
komunitas semut terdapat sistem komunikasi yang rumit. Dengan sistem ini, semut
dapat membedakan anggota koloni mereka dengan pendatang. Kemampuan ini
berfungsi sebagai “sistem pertahanan bersama”. Namun, serangga pendatang dapat
masuk ke sarang semut dengan berbagai cara. Hal ini menun-jukkan bahwa mereka
telah berhasil memecahkan sandi komunikasi dan identifikasi yang digunakan semut.
Dengan kata lain, mereka mampu berkomunikasi dengan bahasa semut, baik secara
mekanis maupun kimiawi.
Penyamaran
Ketika dua ekor semut bertemu, ia
melakukan gerakan tertentu, yaitu menyentuh kawannya dengan antena serta
mencium feromonnya. Kemudian, kedua semut melanjutkan perjalanan. Mereka
melakukan gerakan ini untuk saling mengenali dan untuk melindungi diri dari
makhluk asing.
Semut pekerja melakukan hal yang sama
ketika bertemu serangga yang tinggal di sarang mereka. Kadang-kadang mereka
menyadari bahwa serangga yang ditemuinya bukan dari golongan mereka dan
mengusirnya keluar sarang. Akan tetapi, kadang-kadang mereka memperlakukan
serangga lain seolah-olah ia juga seekor semut. Biasanya semut menerima
serangga asing seperti ini jika serangga tersebut mampu menyamar secara
kimiawi.
Dapat dipastikan bahwa serangga
menyamar secara kimiawi, karena semut terbukti mengusir serangga lain yang
berbeda secara kimiawi, meskipun bentuk fisiknya mirip dengan mereka. Namun,
parasit tertentu yang sama sekali tidak mirip dengan semut diterima sebagai
warga sarang semut44. Sulit dijelaskan bagaimana spesies-spesies serangga
belajar meniru ciri khas kimiawi semut. Hal ini hanya dapat dimengerti apabila
serangga ini memang dirancang untuk memiliki feromon yang mirip dengan semut.
Serangga tidak mampu memahami reaksi kimia, meskipun ia hidup selama jutaan
tahun. Oleh karena itu, serangga ini pasti memperoleh ciri khas tersebut dari
Sang Pencipta.
Serangga Penghasil Hidrokarbon Semut
Api dan
Salah satu spesies serangga,
Scarabaeid, dapat hidup bersama semut api, karena kedua spesies ini
menghasilkan hidrokarbon yang sama. Serangga sering dianggap bermusuhan dengan
semut, karenanya meng-herankan bahwa terdapat hubungan harmonis antara kedua
spesies ini. Bagaimanakah kesesuaian ini bisa terjadi?
Serangga ini menghasilkan hidrokarbon
yang juga dihasilkan oleh semut. Selain itu, mereka juga menghasilkan sejumlah
hidrokarbon yang tinggi berat molekulnya. Ketika serangga meninggalkan sarang
semut, senyawa-senyawa yang sama dengan hidrokarbon semut tidak lagi
di-produksi, tetapi senyawa hidrokarbon yang berat yang mereka miliki tetap
diproduksi. Bila suatu saat nanti serangga ini mendatangi koloni spesies semut
api lain, mereka akan memproduksi bau yang sama dengan koloni yang ini45.
Ketika pertama kali tiba di sarang
semut api, serangga ini meng-gunakan cangkang tubuhnya yang tebal dan
berpura-pura mati untuk melindungi diri. Dalam beberapa hari, serangga ini
mampu meniru hidrokarbon yang diproduksi semut, sehingga diperbolehkan masuk ke
sarang semut46.
Bagaimana mungkin spesies serangga
ini mampu meniru berbagai bau dan memproduksinya di dalam tubuh? Bagaimana
serangga ini bisa tahu bahwa dengan menghasilkan bau tertentu ia dapat menipu
semut sehingga diperbolehkan masuk ke dalam sarang mereka? Dapatkah serangga
melakukan semua ini sendiri?
Tentu saja tidak. Serangga tidak
mungkin dapat mengenali ciri khas fisik dan kimiawi semut. Sangat tidak masuk
akal apabila dikatakan bahwa serangga ini telah mengalami evolusi, dengan cara
hidup bersama semut dalam waktu lama sehingga memiliki kemampuan memproduksi
bau yang dihasilkan semut-semut ini. Pembentukan ciri khas yang begitu rumit
tidak mungkin dihasilkan dari mutasi maupun kebetulan. Satu-satunya kesimpulan
dari semua ini adalah adanya Sang Pencipta, Yang telah memberi serangga ini
kemampuan untuk mengenali dan meniru. Dialah Satu-Satunya yang mampu membuat
semut dan serangga lain hidup bersama secara selaras dan Dia pula yang mampu
mencegah kedua makhluk ini untuk saling menyerang. Dialah, Allah, Sang Pencipta
kedua spesies ini.
Pengunjung Semut Tentara
Ada sejumlah spesies kutu yang hidup
pada tubuh semut tentara. Spesies-spesies kutu ini hidup dari darah yang mereka
peroleh dari daerah mirip membran pada punggung semut yang menjadi inangnya,
atau dari cairan berlemak yang dihasilkan tubuh inangnya. Terkadang kutu ini
hidup di ujung kaki belakang semut, sehingga pada saat-saat tertentu mereka
merelakan tubuhnya digunakan sebagai bagian dari kaki semut.
Sebagaimana
dijelaskan sebelumnya, semut tentara membentuk rantai dengan cara berpegangan
pada tungkai kawannya saat mereka membuat sarang sementara dari rantai
tersebut. Dalam analisis labora-torium, ditemukan bahwa pada semut yang
memegang kaki kawannya yang berkutu, ditemukan kaki belakang kutu tersebut
mengambil bentuk yang sama dengan cakar semut serta melakukan fungsi yang sama
pula. Kutu ini memiliki alat cengkeram yang berbentuk gigi pada punggung-nya.
Punggung ini berbentuk sedemikian rupa sehingga mereka dapat beradaptasi dengan
tubuh semut47.
Di antara ribuan spesies yang hidup
di alam semesta ini, tidak mungkin dua makhluk dengan sistem yang saling
melengkapi ini bertemu secara kebetulan. Kemungkinan kedua spesies ini— yang
saling meng-gantungkan hidupnya — pada suatu hari bertemu, melihat bahwa tubuh
mereka yang sesuai untuk hidup bersama, lalu memutuskan untuk bersim-biosis,
adalah nol. Oleh karena itu, keselarasan yang begitu sempurna ini adalah salah
satu contoh yang mendetail betapa sempurna hasil ciptaan Allah. Meskipun
menyangkut hal yang sangat kecil, detail seperti ini terlalu berharga untuk
dilupakan. Contoh-contoh yang dapat kita saksikan ribuan, bahkan jutaan kali
setiap hari ini, telah diciptakan agar manusia dapat melihat kekuatan yang tak
terbatas, ilmu dan kehalusan ciptaan Allah.
Larva Lalat yang Cerdas
Tubuh semut merupakan tempat hidup
yang sesuai bagi parasit. Oleh karena itu, banyak spesies parasit yang memilih
tubuh semut sebagai rumah mereka. Salah satu contoh parasit ini adalah spesies
lalat, Stronggydaster globula.
Larva lalat ini (“endoparasit” atau
parasit interior) hidup pada tubuh bagian belakang ratu semut. Keberadaan larva
lalat tampaknya tidak mempengaruhi tingkah laku ratu semut, kecuali aktivitas
bertelurnya yang terhenti. Ketika mening-galkan tubuh inangnya, larva parasit
memasuki fase pupa. Pupa ini dirawat semut seolah-olah mereka adalah pupa
semut. Akan tetapi, ketika lalat mulai dapat terbang, perlakuan koloni semut
berubah dan lalat tersebut dipaksa meninggalkan sarang. Kemudian ratu semut
mati setelah parasit-parasit ini meninggalkan sarang48.
Larva lalat yang dapat tinggal dan
hidup pada tubuh semut merupakan fenomena yang menarik. Tidak mungkin seekor
makhluk yang baru lahir mampu memilih tubuh ratu semut sebagai rumah-nya. Induk
lalat memilih tubuh ratu semut sebagai tempat bertelur karena ia mengetahui dan
mengenal tubuh dan cara hidup semut. Dalam habitatnya ada ratusan spesies lain
yang bisa ia jadikan tempat bertelur. Namun, induk lalat mampu memilih dan
menentukan tempat yang sesuai bagi kepentingan bayinya, yaitu pada tubuh ratu
semut. Meskipun demikian, tidak mungkin induk lalat dapat mengantisipasi apakah
lingkungan yang dipilihnya mampu menjamin keamanan telurnya dan apakah semut
dalam koloni itu akan merawat telur lalat. Lalat adalah makhluk yang berbeda
sama sekali dengan semut, sehingga tidak mungkin induk lalat dapat mengetahui
kehidupan semut.
Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa keputusan yang tepat ini bukan hasil “ramalan” induk lalat, melainkan
karena dalam diri hewan kecil ini terdapat sebuah program, atau ilham. Dialah
Allah yang meletakkan larva lalat di tempat yang paling sesuai untuknya. Dialah
Allah yang memiliki kekuasaan mutlak atas lalat dan semut serta memiliki
pengetahuan yang tidak terbatas mengenai mereka. Dialah Sang Pencipta, Pemilik
dan Penguasa semua makhluk hidup.
Misteri Kupu-Kupu Biru
Pada tahun 1979, kupu-kupu biru besar
musnah dari tempat per-kembangbiakannya yang terakhir di Inggris. Para ahli,
yang mempelajari spesies kupu-kupu ini, cukup lama tidak berhasil mengetahui
mengapa kupu-kupu jenis ini musnah, padahal banyak sekali habitat yang cocok
untuk perkembangbiakan mereka berupa padang rumput liar, yang banyak ditumbuhi
tanaman thyme tempat kupu-kupu bertelur. Sebenarnya, rahasianya terletak pada
siklus hidup kupu-kupu yang menakjubkan.
Setelah menetas, ulat memakan daun
thyme selama kurang lebih tiga minggu. Kemudian ia jatuh ke tanah dan
mengeluarkan cairan yang menarik semut merah. Ketika semut merah muncul, ulat
mendongakkan tubuhnya dan menggembungkan kulit di belakang kepalanya, untuk
menipu agar semut mengira ia adalah larva semut. Kemudian ulat tersebut dibawa
semut kembali ke sarangnya, dan hidup di sarang semut selama hampir satu tahun.
Ulat ini hidup dengan memakan larva semut dan berhibernasi selama musim dingin.
Pada musim semi, ulat ini membuat kepompong sutra. Selagi di dalam kepompong,
perlahan-lahan ulat berubah menjadi kupu-kupu dewasa, sampai akhirnya
meninggalkan sarang pada pertengahan musim panas.
Temuan mengenai parasitisme ini
menyingkapkan tabir misteri punahnya spesies kupu-kupu. Akibat perubahan
ekologi di wilayah tersebut, semut merah bermigrasi dari situ dan ulat yang
menetas dibunuh oleh spesies semut lainnya, yang tidak dapat ditipu oleh
penyamaran ulat49
Ada beberapa pertanyaan yang harus
dijawab. Mungkinkah simbiosis yang terjadi antara semut dan kupu-kupu ini
terjadi secara kebetulan? Bagaimana mungkin kupu-kupu — dalam bentuk ulat, yang
bahkan belum dewasa — mengetahui cara mengelabui seekor semut? Bagaimanakah
organ-organ yang menyamarkan ulat seperti larva semut bisa terbentuk? Karena
para evolusionis tidak menerima teori pen-ciptaan, mereka membantah dan
mengatakan bahwa organ-organ ini terjadi secara kebetulan. Namun demikian,
mustahil suatu kebetulan bisa menghasilkan kemiripan sesempurna ini. Kemiripan
ini tak mungkin terbentuk berangsur-angsur secara bertahap, karena ulat yang
belum bisa menyamar akan diburu oleh koloni semut dan tidak mungkin bertahan
hidup. Karena seekor ulat tidak mungkin mampu menentukan bentuk tubuh secara
sadar, kemungkinan satu-satunya adalah adanya sebuah Kekuasaan Sang Pencipta
yang memberinya bentuk sehingga menyerupai larva semut.
Parasit yang Diberi Makan dari Mulut
Semut
Ada sejenis parasit bernama Dinarda
yang selalu mengelilingi sarang semut dan memakan mangsa yang dibawa oleh
koloni semut. Mereka juga memakan cairan nutrisi milik koloni. Parasit tersebut
mondar-mandir di ruang sarang tempat para pekerja dan pemburu yang baru tiba
itu berbagi makanan. Parasit ini menyentuh ujung mulutnya ketika bertemu seekor
semut sehingga semut itu membagi makanannya. Cara ini sebenarnya sangat
berbahaya bagi Dinarda, karena semut akan menyerangnya jika menyadari bahwa
parasit itu bukan anggota koloni. Dinarda memiliki suatu cara untuk bertahan
jika ini terjadi. Ketika menyadari bahwa ia akan diserang semut, ia mengangkat
perutnya dan menyemprotkan cairan pembius ke arah semut. Akibatnya, serangan
semut terhenti dan parasit berhasil melarikan diri.50
Imigran yang Cerdik
Atemeles adalah spesies serangga yang
dibesarkan di sarang semut Formica selama musim panas dan berpindah ke sarang
semut spesies lain, Myrmica. Setelah menghabiskan musim dingin di sarang yang
baru, mereka pindah kembali ke sarang asalnya di musim panas. Perpindahan ini
tentu saja beralasan. Formica tidak berkembang biak selama musim dingin,
sehingga tidak banyak makanan yang disimpan selama musim ini. Sebaliknya,
spesies Myrmica berkembang biak di musim dingin sehingga banyak menyimpan makanan
di musim ini.51
Atemeles tidak kesulitan bermigrasi
dari sarang ke sarang. Semut Formica membuat sarangnya di hutan sedangkan semut
Myrmica ber-sarang di padang rumput. Atemeles yang meninggalkan sarang Formica
telah menemukan metode yang sangat penting agar ia tidak tersesat. Ia bergerak
ke arah sinar matahari dan menemukan padang rumput di mana Myrmica bersarang.
Ketika sampai di padang rumput, masalah lain menanti mereka. Mereka harus bisa
membedakan sarang semut Myrmica dengan sarang semut lain. Penelitian
menunjukkan bahwa Atemeles menemukan sarang yang tepat dengan mencium bau yang
dihasilkan koloni Myrmica.52 Singkat kata, serangga imigran ini tidak hanya
mampu menentukan arah dengan menggunakan cahaya, tapi juga mampu mem-bedakan
bau koloni-koloni semut.
Serangga imigran ini sangat menarik
karena mereka diterima oleh kedua spesies semut dan dengan cepat mampu
beradaptasi dengan lingkungan sarang yang baru. Wasmann, seorang ilmuwan yang
telah meneliti semut selama bertahun-tahun, percaya bahwa serangga ini dapat
bersimbiosis secara canggih dengan metode adaptasi yang belum diketahui.
Serangga ini memiliki sebuah kemampuan yang mereka gunakan sehingga mereka
dapat masuk ke sarang yang mereka inginkan. Spesies ini mempunyai sebuah
kelenjar yang menghasilkan zat-zat yang mereka gunakan untuk melindungi diri
mereka. Mereka juga menye-kresikan zat kimia yang dapat melemahkan musuh-musuh
mereka ketika mereka diserang. Zat kimia ini sangat keras sehingga ketika
serangga ini menyemprotkan zat tersebut pada semut yang sarangnya sudah lama
mereka tinggali, sikap semut menjadi lebih “lunak” pada mereka. 53
Aktivitas serangga imigran ini
memunculkan berbagai pemi-kiran. Serangga yang tahu waktu yang tepat untuk
pindah serta sarang yang ditujunya, pasti mengenali segala aspek kehidupan
semut. Bagaimana perjalanan migrasi ini dimulai? Pertama-tama, serangga imigran
harus mampu menentukan bahwa sarang yang akan diting-galinya adalah sarang
semut, bukan sarang serangga lainnya. Kemudian, serangga imigran juga harus dapat
memilih spesies semut yang tepat dari sekitar 8.800 spesies semut yang ada di
dunia dan menyadari bahwa persediaan makanan di dalam sarang yang dipilihnya
menurun selama musim dingin. Setelah itu, serangga ini harus menemukan sarang
yang banyak menyimpan makanan selama musim dingin. Makhluk yang harus membuat
semua keputusan ini adalah serangga yang mungkin tidak akan pernah kita jumpai
selama hidup kita. Secara logis, apakah seekor serangga mampu membuat keputusan
seperti ini?
Seandainya kita meyakini bahwa sistem
ini telah berkembang sede-mikian rupa, bukan berarti bahwa tidak ada pertanyaan
lain yang mun-cul. Bagaimana mungkin serangga ini dapat menemukan jalan ke
sarang yang tepat saat ia berpindah sarang? Bagaimana mungkin seekor serang-ga
dengan ukuran seperseribu ukuran manusia dapat menemukan jalan di dalam hutan
sementara hal itu tidak mudah dilakukan bahkan oleh seseorang yang sangat
cerdas sekalipun?
Jawaban, “bergerak ke arah cahaya”
tidak memberikan penjelasan yang sesungguhnya, karena cahaya bisa datang dari
2-3 arah yang ber-lainan. Jika sekadar mengikuti arah cahaya, para imigran ini
tetap harus menjelajahi wilayah seluas beberapa meter persegi sebelum menemukan
sarang yang dicari (bagi makhluk seukuran serangga, wilayah seluas beberapa
meter persegi sama dengan daerah seluas beberapa kilometer persegi bagi kita).
Pada saat inilah proses pengenalan bau dimulai. Proses ini juga sangat
menakjubkan. Dapat dibayangkan betapa sulitnya menge-nali satu jenis bau dari
bau-bau lainnya di dalam hutan yang dihuni ratus-an koloni semut, yang selain
itu juga terdapat ribuan bau lainnya. Yang lebih menakjubkan lagi, serangga
yang telah hidup di tempat lain sepanjang musim panas masih ingat bau sarang
yang ditujunya.
Mari kita pikirkan kejadian berikut
ini. Andaipun kita yang meletak-kan seekor serangga Atemeles dan meletakkannya
di depan sarang semut yang sesuai, tetap sangat sulit bagi serangga ini untuk
dapat hidup di sarang tersebut, karena semut juga memiliki kemampuan pengenalan
yang sangat peka. Semut tidak akan menerima semut lain yang tidak sekoloni.
Semestinya mereka menganggap serangga pendatang ini musuh dan mengusirnya dari
sarang. Namun, hal ini tidak terjadi dan Atemeles diperlakukan dengan cukup
baik. Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh zat kimia yang diproduksi tubuh
serangga ini. Bagaimana mungkin serangga imigran ini mengetahui bahwa dirinya
dapat mempengaruhi koloni semut dengan zat ini dan menyadari bahwa efeknya akan
meng-ubah sikap permusuhan koloni semut? Apakah mungkin Atemeles me-nentukan
sendiri dengan tepat zat kimia apa yang diproduksinya?
Tentu saja ini mustahil. Yang terjadi
di sini sudah jelas. Perbuatan serangga ini membutuhkan kecerdasan yang tinggi
dan kemampuan untuk memilih. Akan tetapi, tentu saja kedua hal ini tidak mungkin
dimiliki seekor makhluk yang bahkan tidak memiliki otak. Harus diakui bahwa
sumber kecerdasan dalam tindakan serangga ini berada “di luar” dirinya.
Para evolusionis menggunakan kata
“naluri” untuk keluar dari jalan buntu seperti ini. Mereka juga menyatakan
bahwa perilaku hewan berasal dari motif-motif tertentu yang tidak diketahui
sumbernya. Akan tetapi, pendapat seperti ini hanya dapat digunakan untuk
menutupi kesalahan mereka, tidak mengubah apa-apa. Gambarannya cukup jelas. Ada
motif-motif tertentu yang menggerakkan hewan ini yang dihasilkan oleh suatu
rencana yang cerdas. Karena rencana cerdas tidak mungkin dihasilkan oleh hewan
itu sendiri, motif ini pasti bersumber pada sebuah kekuatan yang berkuasa atas
hewan ini. Kekuatan ini adalah milik Dia Yang tak terlihat, Yang mampu berkuasa
atas dunia nyata dengan Maha Bijaksana dan mencerminkan pengetahuan itu dalam
mengenai makhluk hidup, seperti serangga, yang tidak memiliki kesadaran.
Serangga yang Berpura-pura Mati
Sarang semut menyajikan persediaan makanan,
perlindungan dari penyerang, dan kondisi hidup yang ideal bagi suatu spesies
serangga yang hidup di gurun pasir di sebelah selatan Amerika Serikat dan
Meksiko. Begitu berhasil memasuki sarang semut, serangga ini langsung menuju
ruang perkembangbiakan dan memakan larva semut.
Serangga ini telah mengembangkan
berbagai teknik untuk masuk ke dalam sarang semut. Beberapa spesies langsung
saja masuk lewat lubang semut, kemudian melalui gundukan ranting dan masuk ke
dalam sarang. Serangga ini memiliki cangkang yang melindungi tubuh mereka
dengan baik, sehingga semut tidak dapat membunuh mereka. Koloni semut hanya
dapat menyerang mereka bersama-sama lalu mengusir mereka dari sarangnya.
Serangga yang gagal masuk tidak
pernah menyerah. Mereka berpu-ra-pura mati sehingga menarik perhatian semut.
Kemudian, semut-semut itu membawa pulang serangga yang berpura-pura mati ini
sebagai makanan. Untuk mengelabui semut, serangga ini pandai berpura-pura mati,
dengan cara menarik antenanya ke belakang serta membuat kakinya tampak kaku.54
Setelah mencapai ruang penyimpanan
telur, entah mengapa semut meninggalkan serangga ini. Penelitian menunjukkan
bahwa selagi serangga ini memakan telur semut, cairan yang dikeluarkan bulunya
menarik perhatian semut di tempat lain. Demikianlah sikap permusuhan semut
berkurang dan mereka tidak lagi dapat melindungi telurnya.55
Serangga “cerdas” ini juga
meninggalkan larvanya di sarang semut. Larva serangga tumbuh di tengah tumpukan
potongan tanaman. Meski-pun mereka tidak memiliki mekanisme pertahanan melawan
semut, larva ini tidak diserang oleh kawanan semut, sampai suatu saat mereka
mampu bertahan dari serangan semut dan melarikan diri dengan cara yang
terampil.56
Larva Mengenali Semut Lalat yang
Dalam subbab berikut ini kita akan
menyaksikan contoh penciptaan yang sempurna dan mengagumkan, yaitu larva lalat
yang dapat menyamar.
Larva-larva lalat syrphid (Microdon)
hidup jauh di dalam sarang semut selama musim dingin, sedangkan pada musim semi
mereka pindah ke permukaan sarang untuk membentuk kepompong (pupa). Dalam
penelitian ditemukan bahwa semua larva menghilang begitu menetas sehingga
dianggap telah mati dan hanya tertinggal seekor larva yang menggantung di
permukaan luar kepompong semut. Pembesaran menun-jukkan bahwa bentuk larva
semakin membulat, seolah-olah ia berusaha mengejan untuk mengubah bentuknya.
Tiba-tiba larva ini menghilang. Larva telah memasukkan kait pada mulutnya ke
dalam kepompong sutra dan membuat lubang yang cukup besar agar ia bisa masuk.
Larva-larva yang seolah-olah menghilang sebenarnya berada di dalam kepompong,
memakan pupa semut dan berubah ke tingkat larva selanjutnya. Larva Microdon
pada tingkatan selanjutnya, menggulung dirinya searah panjang tubuhnya sehingga
tidak dapat dibedakan dari kepompong semut. Setelah proses transformasi ini,
semut-semut pekerja yang kebingungan berdatangan dan membawa bayi yang menyamar
ke dalam sarangnya yang aman.57
Ini adalah contoh kasus mimikri yang
unik. Semut mengira larva lalat ini adalah kepompong semut. Pada saat
penelitian dilakukan, ditemukan bahwa zat kimia pembentuk kutikula luar dari
larva lalat yang keras hampir persis sama dengan zat pada larva semut. Dengan
kata lain, larva lalat juga dapat meniru kepompong semut secara kimiawi.
Analisis kimia membuktikan bahwa
kejadian ini benar-benar mimikri secara kimia. Bagaimana cara larva Microdon
melakukan penyamaran ini?
Pada bagian bawah tubuh larva
terdapat tonjolan besar yang belum diketahui fungsinya. Diduga tonjolan ini
mengandung kelenjar atau muara kelenjar yang mengeluarkan zat kimia yang
digunakan larva untuk menyamar menjadi inangnya.58
Bagaimana mungkin seekor makhluk yang
bahkan tidak mengerti “kimia” dapat melakukan penyamaran seperti ini? Selain
itu, hanya larva lalat Microdon yang memiliki sistem pertahanan seperti ini,
sedangkan serangga dewasa tidak memilikinya. Karena serangga dewasa tidak dapat
menyamar seperti halnya larva, tentunya penyamaran ini bukan sesuatu yang
merupakan hasil pemikiran mereka sendiri. Berarti larva memiliki kemampuan ini
sejak lahir.
Susunan kimiawi yang menyebabkan
larva dapat menyamar sebagai semut tidak mungkin terbentuk secara kebetulan di
tubuh larva. Satu-satunya kesimpulan yang dapat ditarik dari kejadian ini adalah
bahwa larva lalat Microdon telah memiliki kemampuan ini sejak menetas.
Semut Pemakan Kayu dan Serangga Daun
Sampai subbab ini, yang dijelaskan
buku ini mengenai semut sudah memberikan gambaran umum mengenai dunia semut.
Akan tetapi, yang tertulis ini baru sebagian contoh saja, karena banyak sekali
spesies di dunia semut yang dilengkapi dengan berbagai ciri-ciri yang tidak
kita ketahui. Salah satunya adalah “semut susu” atau juga dikenal sebagai semut
pemakan kayu.
Semut pemakan kayu ini memakan cairan
daun yang diperolehnya dari serangga daun, Aphid(*).
Kerjasama antara semut dan aphid
merupakan salah satu contoh simbiosis yang paling menarik dari dunia serangga.
Aphid yang diletakkan pada daun oleh
semut menghisap cairan dari akar tumbuhan. Dalam tubuh aphid, cairan tumbuhan
diubah menjadi “nektar”. Semut menyukai nektar dan tahu bagaimana caranya agar
aphid memberikan makanan ini kepada mereka. Bila seekor semut mulai lapar, ia
mendekati aphid dan menepuk-nepuknya dengan sensor dan antenanya. Aphid sangat
menyukai hal ini sehingga mengeluarkan setetes nektar dan memberikannya kepada
semut. Sebagai balasan, semut melindugi dan memelihara aphid dengan baik.59
Pada musim gugur, semut mengumpulkan
telur aphid dan menyim-pannya di sarang mereka sampai telur-telur ini menetas.
Kemudian, bayi aphid diletakkan di akar tumbuhan, sehingga mereka dapat
menghisap cairan tumbuhan dan menyediakan nektar bagi semut.
Pertanyaannya adalah: Dari sekian
ribu makhluk hidup di dunia ini, bagaimana cara semut susu mengetahui sifat
aphid? Kemudian bagai-mana mungkin semut dapat memilih aphid dari begitu banyak
pilihan makhluk hidup lainnya? Tentu saja, tak mungkin kita menilai sebagai
rantai kebetulan hal berikut ini: cairan yang keluar dari tubuh aphid kebetulan
cocok dengan apa yang dibutuhkan semut. Semut juga tidak mungkin mengetahui
secara kebetulan bahwa aphid akan memberikan nektar jika semut
menepuk-nepuknya. Sekali lagi, pasangan ini di-rancang, selaras, dan karenanya
jelas diciptakan.
Tanaman yang Hidup Bersama Semut
Di dalam kantung tanaman kantong
semar yang hidup di sebelah India Timur, Nepenthes bicalcarata, hidup koloni
semut. Tanaman ini bentuknya seperti teko dan memangsa serangga yang
menghinggapi-nya. Meskipun demikian, semut bebas bergerak dan mengambil sisa-sisa
serangga dan bahan makanan lainnya dari tanaman ini.60
Kerja sama ini menguntungkan kedua
belah pihak, semut dan tumbuhan. Meskipun semut mungkin saja dimakan Nepenthes,
mereka dapat membangun sarang pada tanaman ini. Tumbuhan juga menyisakan
jaringan tertentu dan sisa-sisa serangga untuk semut. Dan sebagai balasannya,
semut melindungi tumbuhan dari musuhnya.
Begitulah contoh simbiosis tanaman
dan semut. Struktur anatomi dan fisiologi semut dan tanaman inangnya telah
dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan hubungan timbal balik antara
keduanya. Meskipun para pembela teori evolusi menyatakan bahwa hubungan
antarspesies ini berkembang secara berangsur-angsur selama jutaan tahun, tetapi
tentu saja pernyataan yang mengatakan bahwa dua makhluk yang tidak memiliki
kecerdasan ini dapat sepakat meren-canakan suatu sistem yang menguntungkan
kedua belah pihak tidak masuk akal.
Lalu, apa yang menyebabkan semut
hidup pada tumbuhan?
Semut cenderung tinggal pada tumbuhan
karena adanya cairan ber-nama “nektar residu” yang dikeluarkan tumbuhan. Cairan
nektar ini merupakan daya tarik bagi semut untuk mendatangi tumbuhan. Banyak
spesies tumbuhan yang terbukti mengeluarkan cairan ini pada waktu-waktu
tertentu. Misalnya, pohon ceri hitam menghasilkan cairan ini hanya tiga minggu
dalam setahun. Tentu pengeluaran cairan pada waktu ini bukan kebetulan karena
waktu tiga minggu ini bertepatan dengan satu-satunya waktu sejenis ulat
menyerang pohon ceri hitam. Semut yang ter-tarik pada nektar dapat membunuh
ulat ini serta melindungi tumbuhan61.
Hanya dengan menggunakan akal sehat,
kita dapat melihat bahwa hal ini adalah bukti hasil penciptaan. Akal sehat
tidak mungkin bisa menerima bahwa pohon ini dapat memperhitungkan kapan bahaya
akan menyerang lalu memutuskan bahwa cara terbaik untuk melindungi dirinya
adalah dengan cara menarik semut serta mengubah struktur kimianya. Pohon ceri
tidak punya otak. Oleh karena itu, ia tidak dapat berpikir, memperhitungkan,
maupun mengubah komposisi kimianya. Bila kita menganggap bahwa prosedur yang
rasional ini adalah sebuah karakter yang diperoleh dari suatu kebetulan yaitu
dasar dari logika evolusi tentunya hal ini tidak masuk akal. Jelas sekali bahwa
pohon ini telah melakukan sesuatu yang didasarkan pada kecerdasan dan ilmu
pengetahuan.
Oleh karena itu, satu-satunya
kesimpulan yang dapat kita tarik adalah bahwa sifat tumbuhan ini telah
terbentuk karena adanya sebuah Kehendak yang telah menciptakannya. Bila kita
merujuk pada segala bentuk pengaturan yang dibuat-Nya, jelas sekali bahwa Dia
tidak hanya berkuasa atas pohon, tetapi juga atas semut dan ulat. Jika
penelitian dilakukan lebih jauh lagi, tentunya dapat diketahui bahwa Dia
berkuasa atas semesta alam dan telah mengatur setiap komponen alam secara
terpisah namun serasi dan selaras, sehingga membentuk sebuah sistem sempurna
yang kita kenal sebagai “keseimbangan ekologi”. Bila kita berpikir lebih jauh
dan meneliti bidang-bidang lain, seperti geologi dan astronomi, kita akan
sampai pada gambaran yang serupa. Ke mana pun kita melangkah, kita akan
menyaksikan berjuta sistem yang berfungsi dengan selaras dan teratur sempurna.
Semua sistem ini menunjukkan keberadaan Sang Pengatur. Meskipun demikian, tidak
satu pun kompo-nen pembentuk alam ini yang mampu berfungsi sebagai Sang
Pengatur itu.
“Maka apakah Dia yang menciptakan itu
sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak
meng-ambil pelajaran?” (QS. An-Nahl, 16:17) !
Oleh karena itu sang pengatur
haruslah Dia Yang Maha Tahu dan Mahakuasa atas alam semesta. Al Quran
menggambarkan Sang Pengua-sa sebagai berikut:
“Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang
Mengadakan, Yang Mem-bentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik.
Bertasbih kepadanya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Al-Hasyr, 59:24) !
Pohon Akasia dan Semut
Pohon Akasia yang tumbuh di daerah
tropis dan subtropis di-lindungi oleh duri-duri. Suatu spesies semut yang hidup
pada pohon akasia Afrika membuat lubang dengan menggerogoti dinding duri dan
hidup secara permanen di dalam pohon akasia. Setiap koloni semut menghuni
duri-duri pada di lebih dari satu pohon atau lebih, serta memakan nektar daun
akasia. Koloni ini juga memakan ulat dan orga-nisme lain yang mereka temukan di
pohon.
Nektar batang akasia sangat kaya akan
minyak dan protein. Thomas Belt, yang pertama kali menyelidiki hal ini,
menyatakan bahwa keli-hatannya satu-satunya fungsi nektar adalah menyediakan
nutrisi bagi semut. Semut, yang hidup di pohon-pohon ini, mengambil gula dari
nektar dan memberikannya kepada larva mereka.62
Apa yang diharapkan pohon dari semut
sebagai “balas jasa”?
Semut pekerja yang berkerumun di
permukaan tumbuhan sangat agresif kepada serangga lainnya, dan juga pada hewan
segala ukuran. Kalau hewan lain menyentuh pohon yang mereka tinggali, mereka
akan menyerang bersama-sama dan menggigit dengan gigitan yang menya-kitkan.
Selain itu, tumbuhan lain yang berjarak kurang dari satu meter dari pohon
akasia yang dihuni semut dibantai dan diserang, kulit batang pohon diserang,
serta ranting dan dahan yang menyentuh pohon akasia juga dihancurkan63.
Telah dibuktikan bahwa pohon akasia
yang tidak didiami semut lebih mudah diserang dan dilukai oleh serangga
lainnya, jika diban-dingkan dengan pohon yang dihuni koloni semut. Dalam sebuah
eksperimen diamati bahwa tumbuhan liar yang tumbuh berdiameter 40 cm dari pohon
akasia diserang oleh semut, dimakan dan diinjak-injak sampai hancur. Semut juga
bahkan menyerang dahan dan daun tumbuh-an lain yang menyentuh bayangan pohon
akasia. Seluruh koloni semut sangat sigap ketika membersihkan dan mengawasi
tumbuhan. Para ilmuwan sampai pada kesim-pulan berikut: semut disewa oleh pohon
akasia sebagai “tentara khusus”64. Karena kedua belah pihak tidak mungkin
bernegosiasi untuk mencapai keputusan tersebut, keputusan ini pasti telah
diambil oleh Dia yang menyebabkan kedua belah pihak mencapai persetujuan.
Hotel Semut
Pada sejumlah tumbuhan, terdapat
lubang-lubang dalam yang seca-ra biologi dikenal dengan nama “domatia”.
Satu-satunya fungsi domatia adalah sebagai tempat berlindung bagi koloni semut.
Domatia memiliki lubang-lubang yang bisa digunakan sebagai tempat
keluar-masuknya semut, atau tirai jaringan tipis. Dalam ruang-ruang ini juga
terdapat “makanan jadi” (yaitu makanan yang diproduksi pohon, khusus untuk
dikumpulkan oleh semut serta dimakan). Satu-satunya fungsi “makanan jadi”
adalah untuk memberi makan semut, karena tampaknya makanan ini sama sekali
tidak dimanfaatkan oleh tumbuhan.65
Pendek kata, domatia adalah sebuah
struktur khusus yang dibentuk agar semut dapat bertahan hidup. Suhu dan
kelembapan domatia sangat ideal keseimbangannya bagi semut. Semut hidup dengan
nyaman di tempat istimewa ini yang seolah-olah dibuat khusus bagi mereka ini,
sebagaimana halnya hotel berkualitas dibuat untuk kesenangan manusia.
Tidak mungkin bagi kita untuk
menyatakan bahwa struktur ini terjadi secara kebetulan, dan bahwa tumbuhan
memproduksi makanan bagi semut secara kebetulan, serta melakukannya berdasarkan
kebutuhan.
Kerja sama semut dan tumbuhan
hanyalah salah satu bukti dari keseimbangan yang menakjubkan yang dibuat oleh
Sang Pencipta Yang Maha Esa di dunia ini. Selain itu, hubungan ini juga timbal
balik. Layanan yang diberikan semut pada pohon dan layanan pohon pada semut, keduanya
merupakan faktor penting bagi tumbuh-tumbuhan di dunia ini. Semut meningkatkan
kadar karbon dalam tanah karena mereka menanaminya, menambahkan nutrisi tanah
dari kotoran dan sisa-sisa mereka, serta menjaga suhu dan kelembapan
lingkungannya pada kadar yang sesuai. Oleh karena itu, spesies tanaman yang
hidup berdekatan dengan sarang semut tumbuh lebih subur dibandingkan yang hidup
di tempat lain.
Tanaman Penghasil Zat Kimia dan Semut
Penghasil Nitrogen
Suatu spesies semut, Philidris, dan
tumbuhan inangnya, Dischidia major, menghasilkan sejumlah zat kimia yang rumit
sepanjang hidup mereka.
Tumbuhan ini tidak memiliki akar di
bawah tanah. Oleh karena itu, tumbuhan ini melilitkan dirinya pada tumbuhan
lain agar dapat berdiri tegak. Tumbuhan ini memiliki cara yang sangat menarik
untuk mening-katkan jumlah karbon dan nitrogen yang mereka dapatkan.
Semut memiliki tempat penyimpanan
dalam tumbuhan ini, tempat mereka memelihara larva dan menyembunyikan
sampah-sampah or-ganik mereka (seperti semut mati, potongan tubuh serangga, dan
se-bagainya), yang disebut “daun semut”. Tumbuhan menggunakan sam-pah-sampah
ini sebagai sumber nitrogen. Selain itu, permukaan-dalam dari ruang daun
menyerap karbon dioksida yang dihasilkan semut, sehingga mengurangi jumlah air
yang menguap melalui pori-pori daun66. Pencegahan penguapan air ini sangat
penting bagi tumbuhan penghasil zat kimia yang hidup di daerah tropis ini,
karena tumbuhan ini tidak pernah dapat mendapatkan kebutuhan airnya langsung
dari tanah karena tidak memiliki akar. Oleh karena itu, semut menyediakan dua
kebutuhan penting tumbuhan sebagai balasan dari “kebaikannya” mem-berikan
tempat berlindung pada semut.
Semut yang Memberi Makan Inangnya
Spesies semut tertentu memberi makan
tumbuhan inangnya. Sebagai contoh, tubuh tumbuhan Myrmecodia dan Hydnophytum,
yang dipenuhi benjolan memberikan ruang-ruang bersekat bagi semut untuk
bersarang. Semut yang hidup di lekukan-lekukan ini berbeda satu de-ngan yang
lain. Ruang-ruang yang dihuninya berdinding mulus. Mereka menyimpan sisa sampah
serangga di ruang lain, yang berdinding kasar. Riset membuktikan dinding yang
kasar menyerap nutrisi, sedangkan dinding mulus tidak berpori. Oleh karena itu,
tumbuhan menyerap sisa sampah serangga yang dibawa masuk oleh semut. Dengan
kata lain, semut telah memilih ruang-ruang yang tepat.
Para ilmuwan melakukan sebuah uji
menarik. Pertama-tama mereka memberi makan larva lalat buah dengan ragi (yeast)
yang telah diradiasi. Kemudian mereka meletakkan larva-larva ini pada tanaman
yang dihuni koloni semut. Ketika semut menemukan larva, mereka langsung
memba-wanya ke ruang berdinding kasar. Selama dua minggu selanjutnya, para
ilmuwan mengamati level radioaktif pada tumbuhan, untuk membukti-kan bahwa
sampah sisa serangga didistribusikan melalui saluran-salur-an dalam tubuh
tumbuhan setelah diasimilasi. Para ilmuwan membuk-tikan bahwa zat-zat
radioaktif dibawa ke seluruh tumbuhan, karena tumbuhan ini telah menyerap
nutrisi yang tersedia.67
Tumbuhan Piper dan Semut Coklat
Hubungan antara tumbuhan piper dan
semut mungkin paling menarik dibandingkan dengan contoh-contoh lain yang sudah
kita kaji sebelumnya. Tumbuhan bernama piper ini (sejenis tanaman mini dari
famili lada hitam) tumbuh di hutan tropis Amerika Tengah. Tumbuhan ini
menyediakan makanan dan tempat berlindung bagi semut coklat (Pheidole
bicornis). Pada saat pohon piper muda baru berdaun lengkap dua atau tiga buah,
salah satu pangkal daunnya gelembung kosong di antara cabang dan daun biasanya
berisi ratu Pheidole. Ratu semut membentuk koloni pada tunas tumbuhan piper
dengan cara mengunyah pangkal daun dan membuat lubang, serta bertelur di sana.
Ketika telur-telurnya pertama kali menetas menjadi larva, sang ratu dan anak-anaknya
menempati salah satu pangkal daun. Ketika koloni mulai ber-kembang, para semut
pekerja secara bertahap membuat lubang pada jaringan di bagian tengah tangkai
daun, sehingga seluruh tanaman ber-ubah menjadi tempat tinggal koloni semut.68
Tumbuhan ini juga merupakan sumber
makanan bagi semut. Per-mukaan dalam dari pangkal daun menghasilkan makanan
satu-sel bagi semut. Semut mencabut remah-remah yang kaya akan minyak dan
protein dari dinding pangkal daun, kemudian memberikannya pada larva mereka.69
Makanan bergizi ini mungkin tidak
dapat ditemukan oleh semut di tempat lain. Makanan ini disediakan secara khusus
oleh piper. Semut-semut ini berpindah ke pohon piper yang memberikan pelayanan
terbaik, tempat berlindung, dan makanan bagi mereka setiap tahunnya, serta
membangun sarang mereka di bagian tumbuhan yang paling sesuai bagi mereka.
Piper yang “Cerdas”
Tumbuhan piper yang berfungsi sebagai
sumber makanan, juga me-miliki keistimewaan lainnya. Spesies tumbuhan lain
tetap menghasilkan makanan meskipun koloni semut telah meninggalkannya,
sedangkan tumbuhan piper hanya memproduksi makanan ketika koloni semut ma-sih
menetap di pohon itu. Para ilmuwan telah menyadari bahwa tumbuh-an berhenti
memproduksi makanan ketika semut coklat (Phedoles)70 tidak ada.
Tolong-menolong
Perbuatan tumbuhan piper bukanlah
pengorbanan sepihak. Selama mereka hidup bersama, semut juga memproduksi
nutrisi yang dibutuh-kan oleh inangnya.
Ketika semut bergerombol pada batang
tumbuhan yang membusuk, semut dibawa jaringan tumbuhan bagian dalam yang lunak
dalam bentuk ammonia hidrat. Cairan ini sangat menguntungkan bagi tumbuhan,
karena meningkatkan efisiensinya. Selain itu, ketika anggota koloni semut
bernapas, mereka mengeluarkan karbon dioksida sehingga konsen-trasinya pada
tumbuhan meningkat dan pohon tumbuh lebih sehat.
Sejumlah penelitian telah dilakukan
untuk memahami apakah semut piper menyediakan makanan bagi tumbuhan inangnya.
Terbukti bahwa semut Pheidole membawa serta partikel-partikel tertentu seperti
spora, potongan rumput liar, dan serpihan kulit ngengat, ketika semut sedang
mencari makan. Semut menyimpan makanan yang mereka bawa dalam kantung kecil
tempat mereka memelihara larvanya, kemudian tumbuhan mengambil mineral yang
dibutuhkannya dari makanan ini.
Pheidole Sang Pakar Strategi
Sifat semut Pheidole cukup ramah.
Mereka bergerak perlahan-lahan dan tidak pernah menyerang maupun menggigit.
Akan tetapi, semut ini menggunakan strategi licik untuk melindungi dirinya dan
inangnya, pohon piper.
Kebanyakan serangga, seperti ulat yang
memakan dedaunan, ber-telur di atas pohon. Semut segera membuang sumber bahaya
ini. Telur rayap yang diletakkan pada daun tumbuhan piper dapat ditemukan oleh
semut pekerja dalam waktu satu jam. Kemudian para pekerja ini me-munguti telur
satu demi satu. Mereka membawa telur-telur ini ke tepi daun dengan dagu dan
mejatuhkannya ke bawah. Para ilmuwan men-coba meletakkan telur rayap di ruang
larva semut, agar larva memakan-nya. Tetapi hasilnya tetap sama, dan semut
pekerja segera membuang apa pun yang dapat membahayakan diri mereka dan inang
mereka71.
Aphid Penyerang
Makhluk lain yang membahayakan piper
adalah aphid gandum yang suka menyerang, Ambates melanobs. Aphid gandum
menyerang sebagian besar tumbuhan yang tidak ditinggali oleh koloni semut dan
membunuh tumbuhan ini dengan cara melubangi batang pohon dari dalam. Akan
tetapi, penyerang kecil ini tidak mungkin berhasil apabila tumbuhan dijaga oleh
semut. Semut menyerang larva aphid yang lunak dan tidak memiliki pertahanan
tubuh ketika mereka mulai melubangi bagian dalam batang. Semut yang bertugas
menjaga tumbuhan bertugas melawan segala jenis serangan serta melindungi
keseimbangan ekologi dengan kemampuan mereka ini.
Keharmonisan dalam kehidupan tumbuhan
dan semut tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Gambaran yang kita dapatkan
dari informasi yang diberikan melalui seluruh bab ini menunjukkan pada kita
spesies-spesies yang berbeda satu sama lain, tetapi diciptakan untuk dapat
bekerja sama dengan baik.
Pada awal bab ini, kami telah
memberikan contoh keharmonisan seperti ini. Hubungan antara anak kunci dan
gembok yang sesuai. Hanya ada satu penjelasan dari keharmonisan yang terjadi
antara dua obyek ini. Gembok dan anak kunci dibuat oleh ahli yang sama, artinya
keduanya memang sengaja dibuat berkesesuaian. Dalam contoh kerjasama yang kita
temui di alam, logika yang sama juga berlaku. Semut dan tumbuhan bekerja sama
karena mereka adalah produk rancangan secara sadar. Semut tidak mempunyai
kekuasaan terhadap tumbuhan, demikian juga sebaliknya. Karena keduanya tidak
mungkin mengeluarkan gagasan, mereka hanya menjalani kehidupannya menurut ilham
yang diberikan oleh Penciptanya, sehingga mampu memelihara hubungan timbal
balik dalam kehidupan mereka.
Tugas bagi manusia adalah menyadari
kekuasaan Sang Pencipta dan Si Pemilik kekuasaan ini. Tetapi sayangnya begitu
banyak manusia yang tidak memikirkannya, bahkan tidak pula memedulikannya. Ayat
di bawah ini menyatakan dengan kalimat yang sebaik-baiknya mengenai penciptaan
sempurna yang dilakukan Allah dan kebutaan manusia dalam memandangnya:
“Hai Manusia, telah dibuat perumpamaan,
maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru
se-lain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun
mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari
mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah
yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal
Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha-kuat lagi
Mahaperkasa.” (QS. Al-Hajj, 22:73-74) !
Picture Text
Pada gambar ini terlihat enam spesies
parasit yang hidup pada semut tentara. Parasit-parasit ini menumpang hidup di
tubuh semut dengan berbagai jenis adaptasi simbiosis. (1) Parasit pertama hidup
dari cairan tubuh semut inangnya. (2) Parasit kedua adalah sejenis kutu yang
hidup di ujung kaki inangnya. (3) Spesies parasit yang satu ini mengelabuhi
semut dan memakan larva mereka. (4) Spesies ini menghabiskan sebagian besar
waktunya di tubuh semut pekerja. (5) Parasit ini memilih ujung dagu semut
sebagai rumahnya. (6) Spesies parasit ini hidup di pangkal antena semut.
Gambar kiri menunjukkan kupu-kupu
biru besar setelah mening-galkan sarang semut. Gambar kanan menunjukkan larva
kupu-kupu biru sebelum bertemu semut merah.
Dalam gambar kanan bawah, ulat yang
menyamar dibawa oleh semut ke sarangnya. Gambar kiri bawah menunjukkan ulat
kupu-kupu biru yang hidup bersama larva semut di dalam sarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar